Di balik megahnya Ciputra World Surabaya, tersimpan kisah sederhana yang mencerminkan visi tajam dan nilai-nilai luhur sang pendiri Ciputra Group, Ir. Ciputra. Kisah ini bermula dari kebiasaan sang maestro properti menyusuri sudut-sudut kota untuk membaca potensi yang tak kasat mata bagi orang kebanyakan.

Dalam buku biografinya yang bertajuk Ciputra: The Entrepreneur, The Passion of My Life karya Alberthiene Endah, Ciputra menceritakan bahwa pada tahun 1993, saat pembangunan Citraland Surabaya tengah berlangsung, ia dan menantunya, Harun, rutin melintasi Jalan Mayjen Sungkono. Suatu hari, pandangan Ciputra pun tertambat pada bentangan lahan luas di sepanjang jalan tersebut.

“Harun, ini lahan bagus sekali. Bayangkan kalau kita membangun mal besar di sini,” ujar Ciputra kala itu, sebagaimana dikutip Olenka, Selasa (29/7/2025).

Dijelaskan Ciputra, kala itu jalanan tersebut memang tergolong strategis, namun belum terjamah proyek besar. Bagi dirinya, insting membaca potensi lahan adalah intuisi yang tak pernah tidur.

Bak gayung bersambut, kata dia, Harun pun menyambut ide tersebut dengan semangat. Diam-diam, sambil tetap menangani proyek Citraland, ia mulai bergerak untuk mengamankan lahan yang dimaksud.

“Harun setuju. Diam-diam, selagi proses pembangunan Citraland Surabaya dilakukan, Harun juga berjuang mendapatkan tanah di Jalan Mayjen Sungkono itu,” beber Ciputra.

Usaha Harun pun dikatakannya membuahkan hasil. Ia sukses merintis kesepakatan kerja sama pembangunan melalui skema joint venture dengan pemilik tanah. Grup Ciputra pun memegang saham mayoritas.

“Saya sangat salut pada menantu saya ini. Ia nyaris selalu sukses melaksanakan proyek kami, sekalipun yang sulit. Itulah cikal bakal Ciputra World Surabaya,” tutur Ciputra dengan bangga.

Kini, Ciputra World Surabaya telah menjadi salah satu ikon properti dan pusat perbelanjaan termegah di Jawa Timur. Namun bagi Ciputra, keberhasilan semacam ini tak semata karena strategi bisnis, melainkan buah dari nilai-nilai yang terus diwariskan.

“Keberhasilan ini karena adanya estafet nilai luhur yang terus dijaga dari waktu ke waktu. Jangan pernah hilangkan nilai-nilai kebaikan dalam berbisnis. Selalu ingat tiga hal: integritas, profesionalisme, dan entrepreneurship,” tegasnya.

Dengan lebih dari 130 proyek yang tersebar di 40 kota dari Sumatera Utara hingga Papua, Ciputra Group telah menjelma menjadi kekuatan besar dalam industri properti nasional. Namun, di balik semua pencapaian itu, Ciputra selalu mengingatkan satu hal, yakni ‘tak ada kata berhenti untuk senantiasa waspada pada kesungguhan kerja kita, walau proyek kita sukses di mana-mana’.

Baca Juga: Dari Mimpi Jadi Mahakarya, Kisah Perjalanan Ciputra Membangun ‘Orchard Road’ Jakarta

Melahirkan Pemimpin Muda Penuh Integritas

Dalam perjalanan panjang membangun kerajaan bisnis Ciputra Group, Ciputra tidak hanya menciptakan proyek-proyek prestisius di seluruh Indonesia, tetapi juga mewariskan warisan yang jauh lebih dalam: melahirkan generasi pemimpin masa depan yang tangguh dan berintegritas.

Saat ini, ketika menatap pencapaian yang telah diraih, sang maestro properti itu mengaku masih sering diliputi rasa tak percaya.

“Hari ini, jika saya merenungi apa yang telah kami capai, kadang ada rasa tak percaya,” tukas Ciputra.

Bayangannya kembali pada masa puluhan tahun silam, saat perusahaan masih muda, dan orang-orang kepercayaannya masih belajar mengepakkan sayap.

Ia pun menyebut nama-nama yang kini menjadi pilar penting perusahaan, seperti Rina, anaknya, yang baru lulus kuliah namun langsung dipasrahi jabatan Presiden Direktur PT CHI. Lalu, Budiarsa yang kala itu masih belajar, hingga Henk, Antonius, Tulus, Junita, Candra, dan Cakra, yang semua masih sangat muda namun penuh semangat belajar.

“Kemauan keras mereka untuk belajar dan menyerap motivasi dari saya membuat perkembangan luar biasa telah terjadi,” kenangnya bangga.

Bagi Ciputra sendiri, keberhasilan sejati bukan hanya diukur dari gedung-gedung tinggi yang berhasil dibangun atau luasnya lahan yang dikelola. Kebahagiaan terbesarnya justru hadir ketika melihat anak-anak muda di sekelilingnya tumbuh menjadi pemimpin tangguh, penuh integritas, dan mampu menciptakan perubahan.

“Tiada yang lebih membahagiakan bagi saya ketika saya sadar bahwa energi dan motivasi dari saya telah berhasil menciptakan kemajuan pada diri orang-orang yang saya pimpin. Dahsyat,” tegasnya.

Setiap pagi, kata dia, saat memulai hari dengan doa di halaman belakang rumahnya yang menghadap ke lapangan golf, Ciputra pun mengaku tak lupa menyampaikan rasa syukur yang mendalam.

“Tuhan, ini luar biasa. Tak sia-sia saya letih selama puluhan tahun. Saya berhasil menetaskan banyak generasi penerus yang begitu hebat,” tuturnya.

Bagi Ciputra, kunci keberhasilan terletak pada tiga hal, yakni teladan, motivasi, dan kemampuan menggerakkan orang-orang di sekitar kita. Menurutnya, peluang selalu ada di sekitar kita, namun kualitas semangat dan visi kitalah yang menentukan apakah peluang itu akan tumbuh menjadi kenyataan, atau menguap tak berarti.

“Semua peluang itu ada di sekitar kita. Tapi kualitas semangat dan visi kita akan menentukan apakah peluang itu menjadi sesuatu yang potensial atau kosong belaka,” ungkapnya.

Baca Juga: Dulu Dianggap Kawasan ‘Hitam’, Begini Kisah Sukses Ciputra Bangun Pusat Perbelanjaan di Grogol

Mimpi, Prestasi, dan Integritas ala Ciputra

‘Segalanya berawal dari mimpi’, kalimat itu bukan sekadar retorika bagi Ciputra, melainkan filosofi hidup yang ia pegang teguh sepanjang perjalanan kariernya. Ia percaya, kekuatan mimpi bukan hanya membangkitkan semangat, tetapi juga menjadi kompas dalam menavigasi kehidupan dan bisnis.

“The power of dream. Mimpi akan mengarahkan kita untuk bergerak. Itu sebabnya saya selalu mengobarkan sikap ini pada segenap staf,” ujarnya penuh keyakinan.

Bagi Ciputra, mimpi tidak cukup hanya dipeluk. Ia harus diperjuangkan dengan semangat dan sikap mental yang kuat. Ia merumuskan lima pilar yang menjadi penyulut keberhasilan, yakni Dream, Desire, Drive, Discipline, dan Determination.

“Sikap-sikap itu akan mengantar kita menjadi pemimpi yang bergerak. Bukan pemimpi yang duduk melamun,” tegasnya.

Namun, semangat besar pun harus dibingkai dalam nilai-nilai luhur. Karena itu, ia mengingatkan bahwa setiap impian yang dijalankan harus dijaga dengan prinsip IPE, yakni Integritas, Profesionalisme, dan Entrepreneurship, tiga nilai yang menjadi fondasi dalam setiap langkah Ciputra Group.

Meski usianya terus bertambah dan kesuksesan telah diraih, Ciputra tak pernah berhenti berkarya. Banyak yang bertanya, apa lagi yang ingin ia capai?

“Orang-orang bertanya, kenapa Ciputra tak henti-hentinya berkarya, memproduksi ciptaan-ciptaan baru? Mau mengejar apa lagi? Perolehan harta sudah cukup. Orang mengira saya ini berambisi menambah kekayaan. Tidak,” jawabnya tegas.

Bagi Ciputra, harta bukan tujuan akhir. Ia mengaku bukan pengejar kekayaan, melainkan pengejar prestasi. Impiannya selalu tentang membangun sesuatu yang bermakna, karena prestasi pula yang dulu membantunya bangkit dari kesulitan hidup.

“Seperti juga prestasi yang menolong saya bangkit dari kesulitan hidup di masa lalu, prestasi pula yang menjadi penghangat kehidupan saya saat ini,” ungkapnya.

Ciputra juga memiliki pandangan yang sangat dalam tentang makna kehidupan dan penghormatan terhadap sesama manusia. Ia memaknai waktu sebagai aset paling berharga dan tidak ingin satu hari pun berlalu tanpa makna.

“Saya sangat menghormati dan mengapresiasi kehidupan, sehingga saya tak mau satu hari pun menjadi sia-sia,” katanya.

Penghargaan Ciputra terhadap orang lain juga tidak didasarkan pada status sosial, melainkan pada prestasi yang disertai integritas.

“Saya menghormati orang karena prestasi. Tidak pandang bulu apakah mereka mewah atau sederhana, prestasi membuat saya respek. Prestasi dengan integritas lah yang mampu membuat orang-orang berada di meja kehormatan,” tandasnya.

Baca Juga: Integritas, Profesionalisme, Entrepreneurship dan Rahasia Kesuksesan Ciputra

Kegagalan yang Membentuk Ketangguhan Ciputra

Di mata banyak orang, nama Ciputra identik dengan kesuksesan. Ia adalah tokoh besar di dunia properti Indonesia dan visioner yang tak pernah lelah bermimpi. Namun, di balik gemerlap prestasi itu, ada sisi lain dari perjalanan hidup Ciputra yang jarang diketahui, yaitu tentang kegagalan, kekecewaan, dan air mata.

“Lalu, timbul pertanyaan juga dari orang-orang yang mengamati saya. Apakah seorang Ciputra pernah kecewa? Apakah Ciputra pernah gagal dan bangkrut? Apakah si pemimpi ini selalu berhasil meraih impiannya?,” tutur Ciputra seraya menirukan pertanyaan orang-orang terhadapnya.

Pertanyaan-pertanyaan itu, kata dia, dijawabnya dengan penuh keterbukaan. Ciputra tidak pernah menutupi kenyataan bahwa hidupnya juga dipenuhi luka, cobaan, dan pukulan berat.

“Jangan salah. Kesempurnaan pengalaman seorang pebisnis adalah ketika ia pernah digempur kegagalan selain juga kesuksesan. Ia pernah dilumat kekecewaan selain juga kebahagiaan,” ujarnya jujur.

Salah satu momen paling emosional dalam hidup Ciputra adalah ketika ia tergeser dari posisi pimpinan Lapangan Golf Pondok Indah.

“Saya menangis,” kenangnya.

Menurutnya, kesedihan itu bukan yang terakhir. Krisis moneter 1998 menjadi pukulan hebat berikutnya. Perusahaannya terpuruk, dan ia harus melepaskan sahamnya di BSD demi membayar utang.

“Ketika saham saya di BSD lenyap karena harus membayar utang akibat badai krismon, saya menangis,” katanya lirih.

Namun, bagi Ciputra, semua rasa sakit itu adalah bagian tak terpisahkan dari proses menjadi lebih kuat. Ia percaya bahwa manusia tidak akan tumbuh hanya dari keberhasilan, melainkan juga dari kegagalan.

“Kita memang memerlukan cobaan agar menjadi lebih kuat,” tegasnya.

Menurut Ciputra, kesalahan banyak orang adalah hanya mempersiapkan diri untuk sukses dan bahagia. Padahal, hidup tak selalu ramah.

“Di dalam hidup, tidak masuk akal jika kita bersiap untuk berbahagia saja. Untuk berhasil saja. Untuk sukses saja. Hidup tidak akan sebaik itu pada kita,” ujarnya penuh makna.

Dalam pandangannya sendiri, hidup adalah gerak konstan antara dua kutub, yakni kemungkinan berhasil dan kemungkinan gagal. Keberanian yang sesungguhnya terletak pada kemampuan untuk tetap berjalan di antara keduanya.

“Di hadapan kebahagiaan selalu ada kekecewaan. Di hadapan kesuksesan selalu ada kemungkinan runtuh kembali. Di hadapan keberhasilan selalu ada kemungkinan gagal. Di antara dua kemungkinan itulah kita bergerak dalam hidup,” tegasnya.

Dan bagaimana cara untuk bertahan? Ciputra pun memberikan jawaban yang sederhana, namun sarat makna dalam.

“Cara agar kita survive adalah menyusun kekuatan di dalam diri kita agar tetap bersemangat di dalam dua kemungkinan itu. Karena, tujuan kita hidup adalah fokus pada perbaikan keadaan, bukan menangisi yang mengecewakan,” ungkapnya.

Baca Juga: Kisah Ciputra Membangun Citraland Sambil Mencetak Pemimpin Tangguh dari Keluarga

Prinsip Hidup yang Tak Pernah Ditawar Ciputra

Di balik ratusan proyek megah yang dibangun oleh Ciputra Group, ada satu prinsip yang tak pernah ditawar Ciputra, yakni reputasi adalah segalanya. Bagi Ciputra, membangun gedung semegah apapun tidak ada artinya jika tidak dibarengi dengan nama baik yang dijaga.

“Satu hal yang saya pegang teguh dalam mengarungi puluhan tahun berbisnis adalah menjaga reputasi baik. Tidak pernah bertaruh atau bersikap main-main dengan reputasi,” tegasnya.

Ciputra meyakini, uang bisa membeli banyak hal, termasuk merealisasikan mimpi-mimpi besar. Namun, jika reputasi telah hancur, tak ada uang yang cukup untuk mengembalikannya.

“Kita bisa membangun gedung semewah apa pun dengan uang yang ada. Kita bisa merealisasikan mimpi sehebat apa pun dengan uang yang ada. Tapi jika reputasi hancur, uang belum tentu bisa mengobati,” tukasnya.

Itulah sebabnya, lanjut dia, dalam setiap lini bisnisnya, Ciputra menerapkan standar moral dan etika yang tinggi. Ia bersikap keras terhadap tindakan yang bisa mencoreng nama baik perusahaan. Tak ada ruang untuk kecurangan atau ketidakbertanggungjawaban.

“Jangan sekali-kali mencoreng nama baik perusahaan dengan tindakan bodoh, seperti berbuat curang atau tidak bertanggung jawab,” ujarnya mengingatkan.

Bagi Ciputra, kepercayaan masyarakat adalah fondasi dari pertumbuhan perusahaan. Oleh karena itu, ia rela mengorbankan keuntungan jika harus memilih antara profit dan integritas.

“Perusahaan yang saya bangun bisa tumbuh berkembang antara lain karena kepercayaan masyarakat. Lebih baik saya merugi daripada mempertaruhkan nama baik,” bebernya.

Dikatakannya, setiap proyek yang diusung Ciputra Group wajib memberi manfaat konkret bagi masyarakat, bukan sekadar mencari keuntungan maksimal. Menurutnya, prinsip kebermanfaatan ini menjadi benang merah dari seluruh perjalanannya sebagai entrepreneur.

“Proyek-proyek Ciputra haruslah berupa proyek yang terpercaya dan secara konkret mampu memberi manfaat bagi kehidupan khalayak. Bukan proyek semu yang berpijak pada pencarian keuntungan sebesar-besarnya,” papar Ciputra.

Dalam banyak aspek, Ciputra Group dikenal memiliki gaya gerak yang konservatif dan penuh kehati-hatian. Namun, itulah strategi yang sengaja diambil untuk memastikan setiap langkah benar-benar berdampak positif.

“Kami bisa jamin bahwa segala yang kami lakukan sudah dipertimbangkan masak-masak untuk menciptakan kebaikan bagi kehidupan,” kata Ciputra.

Ia juga menyadari bahwa dunia bisnis dipenuhi godaan, terutama bagi mereka yang sudah memiliki kekuasaan dan nama besar. Tetapi, menurutnya, komitmen menjaga nilai dan tujuan yang bersih harus lebih kuat dari godaan itu sendiri.

“Dunia menyodorkan banyak godaan setiap waktu. Apalagi bagi orang-orang yang telah memiliki nama besar dan keleluasaan. Tapi Ciputra Group dan grup perusahaan yang saya bina tidak akan pernah tergiur oleh hal-hal menguntungkan yang tidak diwarnai tujuan yang bersih,” pungkas Ciputra.

Baca Juga: Kisah Lahirnya BSD City dan Peran Menantu Ciputra yang Bercahaya