Banyak pembaharuan yang dilakukan Ignasius Jonan selama menjabat sebagai Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia periode 2009-2014. Salah satunya mendisiplinkan tindak premanisme di sekitar stasiun KAI yang berhasil dilakukan oleh pria kelahiran 21 Juni 1963 tersebut.

Ignasius Jonan berhasil mengubah wajah stasiun KAI yang penuh dengan kesemrawutan dan aksi premanisme, menjadi begitu ramah pengunjung. Ada satu kisah yang diceritakan Jonan saat Komisaris Utama KAI Iman Haryatna bertandang ke Stasiun Senen bersamanya.

Sempat menjabat sebagai Komisaris Jenderal Polisi (Komjen Pol) di Kabaharkam, Iman Haryatna sampai berjaga-jaga membawa pistol saat ke Stasiun Senen. Karena menurutnya, kawasan tersebut cukup berbahaya dan sudah terkenal dengan aksi premanisme yang cukup merajalela.

Namun, anggapan Iman Haryatna saat itu langsung ditepis oleh Jonan. Diakuinya, ia sudah berhasil membereskan segala tindak premanisme di Stasiun KAI Senen.

Baca Juga: Kisah Ignasius Jonan Berantas Aksi Premanisme di Stasiun Kereta Api

“Pernah suatu hari Komut Saya namanya Pak Iman Haryatna, sebelumnya beliau Kabaharkam. Jadi ini polisi ke Stasiun Senen sama Saya jam 8 malam, satu hari sebelum operasi Idulfitri 2010 atau 2011, uh bawa pistol. Saya bilang 'pak ngapain bawa pistol?' 'wah di Stasiun Senen ini bahaya sekali',” cerita Jonan seperti Olenka kutip, Selasa (30/7/2024).

 “'Tenang saja kalau sama Saya, sudah Saya bereskan',” tambahnya.

Jonan pun menceritakan bagaimana sikapnya saat mendisiplinkan tindakan premanisme. Alih-alih menggunakan kekerasan, Jonan justru bertindak secara humanis. Di mana, ia menawarkan sejumlah pekerjaan di stasiun KAI kepada para preman di sana.

Bahkan, Jonan akan memaksa mereka yang memiliki ijazah untuk mengikuti tes agar bisa bekerja di KAI. Mereka yang lulus, akan diterima oleh Jonan. Menurut Jonan, ini adalah satu satu tindakan yang cukup fair untuk memberantas aksi premanisme di sekitar Stasiun KAI Senen.

Baca Juga: Sikap Tegas Ignasius Jonan Berantas Calo di Stasiun Kereta Api

“'Kamu cari makan apa cari ribut? Kalau mau cari makan gini, tenaga PKWT. Kalau nggak punya ijazah, tugas di parkiran. Kalau punya Ijazah saya paksa suruh ikut tes di Kereta Api, kalau lulus saya terima, itu kan fair. Nah itu,” kata Jonan.

“Tapi yang di dalam ditertibkan terlebih dahulu. Kalau di dalam enggak ditertibkan, berat,” imbuhnya.