Konsep bisnis crowdsourcing kini sudah tidak asing lagi. Konsep tersebut menekankan bahwa layanan, ide, atau konten diperoleh dengan meminta kontribusi dari banyak orang secara daring. Contoh perusahaan yang sukses secara global dari menerapkan konsep ini adalah Airbnb.

Tak hanya Airbnb, SweetEscape, platform layanan jasa fotografi oleh fotografer lokal, yang menerapkan konsep crowdsourcing kini hadir di lebih dari 500 kota di lima benua dengan lebih dari 1.000 partner fotografer. Bisnis SweetEscape tidak hanya melayani klien retail dengan berbagai layanan jasa foto seperti acara ulang tahun, pertunangan, liburan, bayi yang baru lahir, dan momen penting lainnya, tetapi juga telah merambah pasar B2B dengan menyediakan layanan foto produk, foto jajaran direksi & manajemen, bahkan hingga video perusahaan.

Baca Juga: Potensi Ekonomi Adopsi AI Generatif Capai USD4,5 Triliun di Asia Pasifik

"Selain menghasilkan foto yang bagus, partner fotografer kami harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Mereka harus bisa berkomunikasi dengan anak-anak maupun klien yang datang dalam kelompok besar SweetEscape. Untuk pemotretan di luar negeri, fotografer kami sering kali juga berperan sebagai pemandu lokal dengan memberikan informasi tentang tempat-tempat menarik untuk dikunjungi, tempat makan, dan aktivitas yang bisa dilakukan," terang David Soong, CEO SweetEscape, dalam acara bincang-bincang bisnis yang digelar GDP Venture, dikutip Selasa (11/6/2024).

Dalam menerapkan crowdsourcing secara efektif, perusahaan harus menerapkan standar operasional yang jelas untuk mendapatkan kualitas yang sama dari partner kerja serta meminimalisasi risiko akan ketidakpuasan pelanggan, seperti yang diutarakan oleh Ardyanto Alam, CEO dari Garasi.id.

"Kami di Garasi.id bekerja sama dengan bengkel-bengkel pilihan untuk memastikan layanan yang diberikan kepada pelanggan kami mempunyai kualitas yang sama. Kami menerapkan standar operasional yang jelas dan bisa diadopsi dengan standar operasional yang telah ada di bengkel tersebut. Supaya standar operasional kami bisa diterima dengan baik, kami memilih mitra bengkel yang memang kualitasnya tidak diragukan, seperti salah satunya selalu menggunakan komponen asli," jelasnya.

Saat ini Garasi.id mempunyai produk Warranty, Jasa Inspeksi, Jasa Servis, dan Asisten Darurat yang menawarkan berbagai layanan untuk garansi mobil bekas yang mencakup komponen mesin dan transmisi selama satu tahun. Mereka juga menyediakan jasa inspeksi untuk pemeriksaan kendaraan atau mobil bekas yang akan dibeli; layanan servis mobil di rumah atau di bengkel mitra yang mencakup servis berkala, perawatan eksterior dan interior, serta perawatan AC; hingga layanan bantuan darurat 24 jam untuk situasi seperti derek, ganti ban, kehabisan bahan bakar, dan kunci tertinggal.

Selain SweetEscape dan Garasi.id, perusahaan lain dalam ekosistem GDP Venture yang hadir dan membagikan padangannya terkait konsep bisnis crowdsourcing adalah Dekoruma. Dalam acara bincang-bincang bisnis bertajuk Power Lunch dengan tema "Maximizing Business Growth with an Effective crowdsourcing Model" tersebut, Dimas Harry Priawan selaku Co-founder & CEO Dekoruma menjelaskan bahwa pihaknya bekerja sama dengan desainer-desainer interior yang mampu mengerjakan desain dengan gaya Japandi (Jepang dan Skandinavia), gaya interior khas Dekoruma.

"Sebagai marketplace furniture yang berdiri sejak 2015, kami selalu mencantumkan nama desainer interior kami di setiap karyanya karena hak cipta adalah milik mereka. Kelebihan dari kami adalah kami membangun suatu teknologi yang dinamakan Thudio by Dekoruma, di mana para desainer bisa langsung mengetahui estimasi biaya dari desain yang mereka kerjakan sehingga bisa menyesuaikan dengan anggaran yang dimiliki oleh konsumen," jelas Dimas.

Baca Juga: Startup Accacia Kantongi Pendanaan US$6,5 Juta

Sesuai pengalaman mereka, David Soong dan Ardyanto Alam mengatakan bahwa model bisnis crowdsourcing menguntungkan kedua belah pihak, perusahaan dan mitra. Akan tetapi, tidak semua perusahaan dapat menerapkan model crowdsourcing. Model crowdsourcing sangat cocok untuk perusahaan yang membutuhkan keahlian khusus.

Perlu diketahui bahwa model crowdsourcing tidaklah semudah yang terlihat. Meskipun menawarkan potensi pertumbuhan yang besar, perusahaan perlu melakukan pendekatan yang hati-hati dan strategis dalam mengembangkan jaringan mitra. Mengambil langkah kecil, melakukan riset yang menyeluruh, dan memahami perilaku konsumen adalah kunci untuk memastikan kesuksesan dalam mengimplementasikan model ini.