Siapa yang tidak tahu Tunjungan Plaza Mall? Pusat perbelanjaan yang berada di pusat Surabaya ini menjadi pusat perbelanjaan terbesar di Indonesia dengan 500 lebih gerai ritel. Mulai beroperasional dari 15 Desember 1986, Tunjungan Plaza (TP) termasuk bisnis mal pertama oleh Alexander Tedja.
Alexander Tedja sendiri merupakan konglomerat bisnis dalam bidang properti dan retail yang juga sukses mengembangkan Supermal Pakuwon Indah dan Royal Plaza Surabaya, Kota Kasablanka, Gandaria City Mall, Plaza Blok M, serta hunian Pakuwon City di Surabaya. Keberhasilan Tedja mengelola berbagai bisnis ini membawa namanya dalam urutan ke-27 tercatat sebagai orang terkaya, menurut Forbes 2022.
Namun siapa sangka, meski sukses dijuluki sebagai Raja Mall di Indonesia, ternyata kesuksesan Pakuwon Group yang dikomandoi Alexander Tedja ini awalnya dari bidang perfilman, lho.
Ya, dikutip dari laman resmi Pakuwon, pada 1972 silam, Tedja pernah mendirikan PT ISAE Film. Kemudian pada 1977, ia juga berhasil mendirikan Menara Mitra Cinema Corp. Tidak berhenti di situ, ia juga mendirikan PT Pan Asiatic Film pada 1991 silam.
Alexander Stefanus Ridwan Suhendra, Presiden Direktur Pakuwon Jati, pun tak menampik soal itu. Ia menerangkan, memang, cikal bakal Mall Pakuwon di Surabaya sendiri awalnya adalah sebuah tempat di wilayah Tunjungan yang akan dijadikan sebagai bioskop.
Namun kata dia, manajemen menilai bahwa jika hanya fokus pada film dan bioskop, nilai bisnisnya tak akan maksimal. Maka dari itu, rencana pun berubah, di mana di lokasi tersebut justru dibangun sebuah pusat perbelanjaan atau mall.
Baca Juga: Sosok Alexander Stefanus Ridwan Suhendra di Balik Kesuksesan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON)
“Awalnya ya kita ini perusahaan film, terus tiba-tiba ada policy di perusahaan film yang tidak menguntungkan kita. Jadi pada waktu itu bisnis film ada monopoli, jadi kita berpikir waduh yang namanya penghasilan dari bisnis film itu akan terbatas sekali dan enggak akan banyak,” papar Alexander, dalam sebuah video yang diunggah Asosiasi Emiten Indonesia, dikutip Olenka, Rabu (22/1/2025).
“Jadi ada satu tempat di Tunjungan kita rencananya mau jadi bioskop, akhirnya kita ubah jadi pusat belanja. Jadi mall,” lanjut Alexander.
Alexander pun mengatakan, meski akhirnya perusahaan shifting dari bisnis film ke bisnis properti, hal itu tak merta mudah dan berjalan lancar. Nyatanya, ada beragam tantangan yang harus dihadapi perusahaan.
"Masalahnya tak sesederhana itu, bangun mall saja tidak. Di Indonesia itu tidak ada chain store, Ternyata di Indonesia itu tidak ada chain store, tidak ada toko-toko yang buka di dua tempat. Kami mencarinya susah banget," ujar Alexander.
Tantangan lain pun dihadapi Pakuwon ketika itu. Alexander menuturkan, bukan menjadi kebiasaan masyarakat untuk datang berbelanja ke mall hingga malam, tapi hanya sebatas jam 17.00. Hingga kemudian, Pakuwon melakukan berbagai strategi untuk meramaikan mall tersebut, termasuk dengan mendatangkan banyak tenant dari Jakarta.
“Dan di Surabaya belum ada kebiasaan orang datang ke sana belanja di mall dari pagi sampai tengah malam, sampai jam 10. Tapi yang itu tantangannya belum ada mall di sana. Tapi gak apa-apa, kita pantang mundur kok. Asal kita berusaha, kita yakin sukses, ternyata selalu begitu, harus sukses,” tandas Alexander.
Baca Juga: Kisah Pendirian Perusahaan Pakuwon Jati