Head of AV Business of Samsung Electronics Indonesia, Agung Giri Djatmiko, menekankan pentingnya memadukan teknologi dan interaksi manusia dalam menciptakan pengalaman premium bagi konsumen.

Agung menegaskan bahwa saat ini, pelaku bisnis terus berinovasi untuk memenuhi ekspektasi pelanggan di era digital yang berkembang pesat. Ia pun mengatakan, Samsung sendiri mengandalkan kecanggihan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan teknologi machine learning untuk melayani konsumen segmen premium.

“Jika kita membicarakan mengenai riset and development, maka kemudian akan berkembang menjadi inovasi-inovasi teknologi. Profitability-nya memang luar biasa, potensinya besar. Tapi lebih dari itu, ketika kita melakukan engagement ya produk-produk yang high teknologi, inovasi-inovasi baru, acceptance dari premium customer ini lebih besar sebenarnya,” tutur Agung dalam sebuah video yang diunggah Olenka, dikutip Senin (7/4/2025).

Agung mengatakan, salah satu kebutuhan yang dimiliki oleh segmen premium adalah soal personalisasi. Pemanfaatan AI dan machine learning adalah untuk mengakomodasi kebutuhan personalisasi tersebut. Ia juga bilang, segmen premium memiliki kecenderungan lebih peka terhadap perkembangan dan inovasi teknologi.

“Ketika kita membangun royalty, maka kita akan move dari sekedar exposure ke experience. Jadi kalau dulu end to end exposure, sekarang end to end experience. Nah, ini apresiasi dari segmen ini terhadap development teknologi. Yang kedua, creativity mereka terhadap kualitas bahan baku itu jauh lebih tinggi dibandingkan segmen yang lain,” beber Agung.

Agung menuturkan, salah satu ciri khas lainnya dari segmen premium ini yakni sangat suka dengan personalisasi.Menurutnya, saat ini customer tidak terlalu suka dengan campaign-campaign yang sifatnya umum atau general. Namun, ketika dilakukan survei, kata dia, lebih dari lima puluh persen itu customer lebih suka dengan personalisting.

“Nah ini yang menyebabkan kemudian Samsung akhirnya berinovasi banyak di AI. Karena secara personalisasi gak mudah untuk secara matematikanya gitu. Itu gak mudah untuk mengidentifikasi niche atau ekspektasi dari masing-masing customer. Jadi kita sangat mengandalkan mesin learning karena gak mudah ya untuk menerjemahkan. Maunya mereka tuh apa sih? Nah ini challengenya yang paling besar di situ,” terang Agung.

Baca Juga: Berkenalan dengan Sosok Agung Giri Djatmiko dan Perjalanan Kariernya di Perusahaan Multinasional