Saat ini, sebanyak 98% anak sudah mengenal internet dan 79,5% sudah menjadi pengguna internet. Dan, seiring dengan meningkatnya peran teknologi dalam kehidupan anak-anak, maka saat ini dibutuhkan suatu keterampilan untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi atau yang dikenal sebagai literasi digital. Literasi digital sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan dan memahami teknologi digital dengan efektif dan bertanggung jawab.
Firman Gani dari Core Team Youth Network Unicef Indonesia, mengatakan, terdapat saling keterkaitan antara peran orang tua kepada anak dalam hal pemahaman literasi digital. Terlebih dengan data dari We Are Social dan HootSuite pada awal 2023 mengungkap bahwa pengguna internet di Indonesia terus bertambah dan kini sudah mencapai 212,9 juta atau 77 persen dari total populasi.
Secara global, disebutkan pula indeks kesenjangan kecakapan digital atau (DSGI) Indonesia pada 2021 berada di angka 5,2 yakni ada di peringkat ke-47 dari 134 negara. Sementara perlu adanya peningkatan literasi digital, sebab Indeks Literasi Digital Indonesia pada 2021 masih berada pada angka 3,34 atau di level sedang.
Terkait hal itu, orang tua jelas memiliki peran yang besar dalam mendidik dan membimbing anak-anak agar dapat tumbuh dan berkembang di era digital ini. Orang tua harus dapat membedakan antara informasi yang akurat dan terpercaya dengan yang tidak, serta mengajarkan anak-anak keterampilan ini. Dengan cara ini, orang tua dapat membantu anak-anak mengembangkan kemampuan kritis dan selektif dalam mengonsumsi konten digital.
Baca Juga: Mendorong Peran Orang Tua di Rumah dalam Literasi Dini
Lantas, apa saja peran orang tua dalam perkembangan literasi digital anak lainnya? Yuk, simak ulasan Olenka berikut ini!
1. Orang Tua Harus Jadi Role Model yang Baik
Orang tua perlu membimbing anak agar membuat keputusan yang tepat dalam hal penggunaan media sosial dan teknologi. Selain itu orang tua harus menjadi role model yang baik dengan mengontrol penggunaan media sosial dan teknologi pribadi.
Orang tua juga harus melakukan kerjasama yang baik dalam mendidik anak. Berbagi peran dengan kesepatakan bersama jadi jangan hanya diberikan kepada ibu karena ayah sibuk bekerja. Tapi peran itu tetap harus diambil meskipun kuantitasnya sedikit.
2. Batasi Waktu Anak untuk ‘Berselancar’ Internet
Tak kalah pentingnya, orang tua perlu membatasi waktu yang dihabiskan untuk berinternet dan bermain game. Tentunya, ada pendekatan tertentu yang bisa dilakukan orang tua untuk menjadikan anak aman berinternet, salah satunya dengan membuka jalur komunikasi dengan anak agar dapat berbagi informasi tentang kegiatan digital anak.
Baca Juga: Bangkitkan Minat Baca Generasi Z dengan Literasi Digital, Gimana Caranya?
3. Rutin Periksa Kegiatan Digital Anak
Orang tua pun perlu memastikan anak tidak mengkonsumsi konten yang tidak cocok. Dengan cara memeriksa kegiatan digitalnya dan memastikan anak tidak mengikuti perilaku yang berbahaya dan memberi pengetahuan tentang keamanan digital.
Masuklah ke dunia online mereka, selayaknya orang tua mengenal lingkup gerak anak, pastikan juga orang tua mengenal ‘taman bermain’ anak yang lain.
4. Berikan Anak Pengertian Tentang Risiko di Dunia Online
Risiko anak di dunia online terkena konten negatif harus diantisipasi orang tua. Karenanya, pengetahuan akan keamanan digital, seperti mengamankan perangkat hardware dan software haruslah dimiliki orang tua dan diajarkan ke anak.
Beritahukan juga ke anak tentang ancaman tersebarnya data pribadi, sehingga penting menggunakan password yang kuat dan jangan mengunggah data penting termasuk KTP, nama lengkap, nomor telepon, alamat sekolah maupun rumah.
Ingat, dalam hal ini anak jangan ditakut-takuti, tapi pastikan mereka untuk meningkatkan kewaspadaan.
Baca Juga: Penting! Ini 3 Perubahan Paradigma Bisnis di Era Digital yang Wajib Diketahui Entrepreneur
5. Buat Aturan dan Bicarakan soal Konsekuensi
Buatlah aturan atau kesepakatan dengan anak terkait penggunaan gawai. Sebaiknya, orang tua tidak memberikan gawai secara khusus untuk anak. Jika memang orang tua secara khusus membeli gawai untuk kemudahan belajar online, tetap komunikasikan pada anak bahwa gawai ini milik orang tua, sehingga dia hanya meminjam. Buat kesepakatan berapa lama waktu peminjaman dan akan digunakan untuk apa saja.
Gak cuma itu, bicarakan juga mengenai konsekuensi jika mereka melanggar aturan tersebut. Perhatikan juga lokasi, alih-alih membiarkan anak memakai komputer di kamar pribadi, tempatkanlah komputer di tempat umum, dan kenali situs yang aman untuk usianya.
6. Jaga Komunikasi dengan Anak
Jaga komunikasi dengan anak, sesekali orang tua main bersama game di gawai yang sering anak main. Orang tua sekaligus mengecek adakah konten kekerasan di dalam game. Kesempatan ini dapat digunakan untuk dapat memberi pemahaman mana hal yang boleh dilihat dan dicontoh di internet mana yang tidak. Kemudian, orang tua harus tertarik mendengar cerita anak, mendengar cerita keseharian mereka dan tentu apa yang mereka rasakan.
Gak hanya itu, orang tua juga perlu mengajak anak untuk berpikir kritis, sebab konten yang baik tentu benar, namun tidak semua konten yang benar pantas disebar. Tegaskan ke mereka jika konten yang benar belum tentu bermanfaat. Pastikan juga ke mereka untuk selalu membiasakan saring sebelum sharing.
7. Aktifkan Parental Control
Terakhir, aktifkan parental control. Dalam beberapa aplikasi parental control gawai anak dapat terhubung dengan orang tua, sehingga orang tua tahu apa saja yang diakses oleh anak dan berapa lama. Bisa juga orang tua yang mengatur dengan aplikasi tertentu.
Nah, itulah beberapa peran penting orang tua dalam memantau perkembangan literasi anak. Selain hal-hal di atas, ada baiknya sebagai orang tua mengajak anak berinteraksi di dunia nyata di tengah kesibukan dunia digital. Bersepeda atau sekedar jalan pagi di sekitar rumah. Menyehatkan badan juga dapat menciptakan komunikasi dengan anak.
Semoga informasinya bermanfaat, ya!
Baca Juga: Ini Pentingnya Kenalkan Literasi Media pada Anak Sejak Dini, Orang Tua Wajib Tahu!