Kisah perjalanan Jensen Huang, pendiri sekaligus CEO Nvidia, bukanlah cerita bisnis biasa. Pada 1993, di sebuah meja makan di restoran Denny’s, ia menggambar sketsa ide perusahaan chip grafis di atas selembar serbet.
Tiga dekade kemudian, Nvidia bukan hanya bertahan, tetapi menjadi perusahaan publik pertama yang menembus nilai pasar US$4 triliun, melampaui raksasa seperti Microsoft dan Apple.
Pertumbuhan ini begitu cepat dan belum pernah terjadi sebelumnya, membuat analis Wall Street, veteran industri, hingga pesaingnya terperangah. Namun, kesuksesan Huang tidak semata karena angka fantastis, melainkan juga cara ia memimpin dan berinovasi.
Berbeda dari kebanyakan CEO yang tampil formal dengan setelan jas, Huang hadir dengan jaket kulit hitam khasnya. Ia pun berbicara tentang kecerdasan buatan dan komputasi canggih dengan kejelasan seorang guru, sekaligus semangat seorang pendiri yang masih hidup dalam visinya.
Pendekatannya membuat teknologi yang rumit terasa mudah dipahami, dan para talenta di belakangnya merasa menjadi bagian dari sejarah besar.
Di balik prestasi luar biasa itu, Nvidia tetap menghadapi tantangan, yakni jatuh bangun pasar, persaingan ketat, hingga ketidakpastian teknologi. Namun, setiap hambatan justru ia ubah menjadi batu loncatan, bukan batu sandungan.
Bagi para wirausahawan, cara Huang membangun Nvidia bisa menjadi panduan nyata dalam visi, ketahanan, dan pengambilan risiko strategis. Dan dikutip dari Times of India, Senin (11/8/2025), berikut adalah beberapa pelajaran penting yang bisa dipetik dari Jensen Huang.
1. Memimpikan pasar yang belum ada
Huang percaya inovasi sejati lahir dari menciptakan pasar dari nol, bukan sekadar masuk ke pasar yang sudah jenuh.
“Tujuan kita seharusnya melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan. Pasar-pasar itu bernilai nol miliar dolar,” tuturnya.
Baca Juga: 5 Kiat Sukses ala CEO Google untuk Meningkatkan Produktivitas dan Kepemimpinan
2. Mengetahui apa yang harus dilepaskan
Menurut Huang, kunci sukses sering kali ada pada keputusan untuk tidak mengejar sesuatu. Fokus pada peluang terbesar lebih penting daripada mempertahankan setiap sumber pendapatan.
“Memutuskan apa yang harus dilepaskan adalah inti dari kesuksesan,” tegasnya.
3. Berpikir dari prinsip dasar
Huang mengajak untuk menanggalkan asumsi dan kembali ke prinsip-prinsip inti saat memecahkan masalah.
“Mengingat kondisi saat ini dan alat yang ada, bagaimana saya akan menemukan kembali semuanya?,” ujarnya.
Pendekatan ini membuka peluang solusi kreatif yang sering luput dari pesaing.
4. Mengubah kemunduran menjadi bahan bakar
Bagi Huang, kesulitan adalah bagian penting dari pertumbuhan. Ia memandang kegagalan bukan sebagai akhir, melainkan percepatan menuju kemajuan.
5. Terus mendorong batas kemungkinan
Bagi Huang, setiap terobosan adalah pintu ke peluang baru, sebuah pola pikir yang melahirkan inovasi transformatif.
6. Memimpin dengan inspirasi, bukan sekadar jabatan
“Kepemimpinan adalah tentang menginspirasi orang lain untuk bermimpi lebih banyak, belajar lebih banyak, berbuat lebih banyak, dan menjadi lebih baik,” bebernya.
Huang membangun budaya di mana ide bisa datang dari siapa saja, dan kolaborasi lebih diutamakan dibanding hierarki kaku.
7. Adil dan terlibat secara langsung
Huang secara pribadi meninjau kompensasi untuk 42.000 karyawan Nvidia setiap bulan. Hasilnya, sekitar 80% karyawan menjadi jutawan melalui penghargaan berbasis kinerja. Transparansi dan rasa keadilan ini memperkuat loyalitas tim.
Nah Growthmates, kisah Jensen Huang di atas menunjukkan bahwa kepemimpinan visioner bukan hanya soal strategi bisnis, tetapi juga keberanian menciptakan pasar baru, keteguhan dalam menghadapi tantangan, dan komitmen terhadap tim. Dengan pola pikir ini, Nvidia bukan sekadar sukses, ia mendefinisikan ulang masa depan industri teknologi.
Baca Juga: 4 Strategi Kepemimpinan dari CEO Perplexity: Saat Ketakutan Menjadi Senjata Sukses