2. Retinoid atau Retinol dan Benzoil Peroksida
Retinoid dapat mendukung anti-penuaan dini, tetapi juga merupakan pengobatan jerawat yang ampuh, karena dapat mengelupas kulit untuk mencegah pori-pori tersumbat.
Karena itu, kamu mungkin tergoda untuk menggunakan retinoid dan benzoil peroksida. Namun, menggunakan keduanya secara bersamaan mungkin tidak memberikan efek yang diinginkan.
Sikora menjelaskan, benzoil peroksida dapat menonaktifkan molekul retinoid. Namun, ada beberapa formulasi retinoid tretinoin yang lebih baru yang tetap stabil dengan benzoil peroksida, menurut penelitian.
3. Retinoid atau Retinol dengan Vitamin C
Kombinasi ketiga yang tidak boleh digunakan adalah retinoid dan vitamin C. Vitamin C merupakan bahan yang sulit diformulasikan karena paling efektif dalam lingkungan pH asam. Sementara retinol bekerja pada pH yang lebih tinggi (lebih basa). Jika menggunakannya bersamaan, keduanya tidak akan bekerja secara optimal.
Cara mudahnya adalah dengan menggunakan keduanya pada waktu yang ditentukan. dr. Sikora menyarankan untuk mendapatkan manfaat maksimal dari penggunaan retinol di malam hari, karena membuat kulit lebih peka terhadap cahaya, sehingga meningkatkan risiko kerusakan akibat sinar matahari di siang hari.
Sebaliknya, vitamin C bekerja paling baik di siang hari, karena merupakan antioksidan yang melindungi kulit dari efek kerusakan akibat polusi dan sinar UV.
Baca Juga: Kenali Penyakit Eksim pada Anak, Ahli Ungkap Skincare yang Cocok untuk Mengatasinya
4. Retinoid atau Retinol dan Asam Salisilat
Dalam upaya mengurangi munculnya garis-garis halus dan kerutan, dokter kulit mungkin menyarankan penggunaan retinoid. Kamu mungkin juga menggunakan asam salisilat untuk mengobati jerawat. Asam salisilat adalah asam beta hidroksi (BHA) yang meningkatkan pergantian sel kulit untuk menjaga pori-pori tetap bersih.
Sikora menyarankan, masing-masing bahan aktif tersebut dapat mengeringkan kulit secara terpisah, yang berarti bahwa kehati-hatian ekstra diperlukan saat menggunakan keduanya. Menggabungkan keduanya berisiko membuat kulit terlalu kering, yang dapat menyebabkan iritasi dan memperburuk gejala.
"Untuk mengimbangi kekeringan yang berlebihan, kulit akan meningkatkan produksi minyak, yang dapat menciptakan siklus setan kekeringan dan jerawat. Solusinya, gunakan salisilat di pagi hari dan retinoid di malam hari,” kata dr. Sikora.
5. Soap-based Cleanser dan Vitamin C
Vitamin C membutuhkan pH rendah (di bawah 3,5) agar dapat diserap kulit dengan efektif. Namun, sabun dan pembersih berbahan dasar sabun cenderung memiliki pH yang lebih tinggi, yang bisa menghalangi penyerapan vitamin C oleh kulit.
Misalnya sabun cair memiliki pH rata-rata 5,9, sementara sabun batangan bisa memiliki pH tertinggi 10,3. Ketika kedua produk ini digunakan secara bersamaan, alkalinitas sabun dapat mengurangi efektivitas vitamin C, yang berfungsi sebagai perlindungan dari radikal bebas yang dapat menyebabkan penuaan kulit.
Selain itu, menggunakan beberapa produk yang memiliki bahan aktif yang sama, seperti benzoil peroksida untuk jerawat atau AHA (asam alfa hidroksi) yang terkandung dalam masker asam glikolat dan krim dengan asam mandelic, tidak memberikan manfaat tambahan dan malah dapat menyebabkan iritasi. Iritasi ini menunjukkan bahwa produk tersebut mungkin merusak lapisan pelindung kulit, yang dapat meningkatkan risiko efek samping dari bahan aktif tersebut.
Namun, jika kulit tidak mengalami iritasi, seperti kemerahan atau rasa perih setelah menggunakan produk tersebut, dan kamu merasa mendapatkan hasil yang diinginkan, mungkin aman untuk terus menggunakannya. Tetapi bagi kebanyakan orang, kombinasi produk ini bisa terlalu keras dan berisiko menyebabkan masalah kulit.