Dalam dunia korporat yang serba cepat dan selalu aktif saat ini, konsep keseimbangan kehidupan kerja (work-life balance) memicu banyak perdebatan.

Laporan terbaru tentang karyawan yang bekerja berlebihan dan menghadapi stres ekstrem—bahkan konsekuensi yang fatal—telah menimbulkan pertanyaan penting: Apakah membangun batasan yang lebih kuat antara kehidupan kerja dan kehidupan adalah jawabannya?

Sementara beberapa pemimpin bisnis, seperti mendiang filantropis dan pengusaha Ratan Tata, mendukung integrasi kehidupan kerja, yang lain mengatakan bahwa hal itu merupakan tindakan penyeimbangan yang konstan.

Realitas setiap orang berbeda, tetapi satu hal berlaku bagi sebagian besar karyawan: Kesejahteraan emosional mereka terkait erat dengan kinerja kerja mereka. Ketika kamu merasa baik, kamu bekerja lebih baik, dan ketika pekerjaan mulai mengambil alih, yang menyebabkan stres dan kelelahan, kesehatan emosional akan terganggu.

Pertanyaan yang sangat penting sekarang adalah bagaimana merasa baik di tempat kerja. Meskipun tonggak karier, seperti promosi dan kenaikan gaji, memang hebat, efek positifnya hanya sementara.

Baca Juga: Mengintip Rutinitas Harian Warren Buffett: Miliarder Dunia yang Memiliki Work-Life Balance Sangat Sehat

Berfokus pada kesehatan mental dan merangkul istirahat dan perawatan diri dapat membuat kamu merasa baik untuk jangka panjang. Ketika karyawan memiliki waktu untuk melepaskan diri dari pekerjaan, mereka dapat menampilkan sisi terbaik mereka.

Namun, bagaimana tepatnya keseimbangan kehidupan kerja memengaruhi kesehatan emosional? Dan apa yang dapat dilakukan oleh individu dan organisasi untuk memelihara keseimbangan kehidupan kerja?

Berikut paparan Prakriti Poddar, yang merupakan pakar kesehatan mental dan kepala kesejahteraan mental global untuk Roundglass Living serta aplikasi Wholistic Wellbeing. Yuk, simak!

Dampak keseimbangan kehidupan kerja terhadap kesejahteraan emosional

Sebuah studi tahun 2023 oleh American Psychological Association menemukan bahwa 92% karyawan mengatakan bahwa penting bagi mereka untuk bekerja di perusahaan yang memprioritaskan kesejahteraan emosional dan psikologis mereka.

Namun, 77% masih melaporkan tingkat stres yang tinggi terkait pekerjaan. Ketika pekerjaan terus-menerus membayangi kehidupan pribadi, stres dapat dengan cepat berubah menjadi kecemasan, kelelahan, dan hubungan yang tegang, yang pada akhirnya memengaruhi tidak hanya kebahagiaanmu secara keseluruhan, tetapi juga kinerja pekerjaanmu sendiri.

Namun, karyawan yang meluangkan waktu untuk keseimbangan—baik dengan menetapkan batasan atau menambahkan praktik kesejahteraan, seperti perhatian penuh, ke dalam hari mereka—melaporkan produktivitas yang lebih tinggi, kepuasan kerja yang lebih besar, dan kemampuan yang lebih baik untuk mengelola tekanan. Keseimbangan bukan hanya hal yang baik untuk dimiliki—itu adalah kunci untuk berkembang baik secara pribadi maupun profesional.

Baca Juga: Mengenal Kelebihan Generasi X: Si Work-Life Balance