Di era serba digital seperti sekarang ini, media sosial tak hanya jadi wadah mengekspresikan diri, namun banyak juga dijadikan oleh orang-orang kreatif sebagai tempat untuk memamerkan karya dan bisnisnya. Seperti yang dilakukan oleh desainer muda, Fransiska Christie Basil.
Wanita yang karib disapa Christie Basil ini sendiri telah mengawali perjalanannya sebagai konten kreator di TikTok sejak tahun 2020, di mana ia mulai dengan konten seputar mix and match baju rancangannya di bawah label AT VEZZO.
Christie mengaku, dirinya mulai aktif membuat konten karena mendapatkan banyak cerita menarik dari pelanggan. Melalui kontennya, Christie menceritakan proses kreatif di balik pembuatan gaun pernikahan, yang sering kali penuh dengan cerita emosional dari para pengantin.
Ia pun mengatakan, konten-konten menarik tersebut bisa menginspirasi orang lain sekaligus juga membuka peluang dan kesempatan.
"Melalui konten yang aku buat, banyak peluang yang terbuka, seperti kesempatan kolaborasi dengan berbagai brand, universitas, memecahkan rekor MURI hingga mendapatkan penghargaan," tutur Christie, saat ditemui Olenka, di Jakarta, belum lama ini.
Lebih lanjut, Christie pun menuturkan, agar konten dari seseorang masuk ke dalam page atau FYP orang lain, maka sang content creator harus membuat konten yang organik, salah satunya membuat konten dengan teknik storytelling. Christie bilang, storytelling adalah kunci untuk membuat konten lebih dari sekadar postingan biasa.
“Dari konten itu pastinya iya (meningkatkan engagement dan brand awareness), soalnya sekarang bahkan 90% traffic aku itu semuanya dari konten secara organik dibandingkan iklan. Jadi, iklan itu sampai drop banget karena aku menggunakan full konten organik,” papar Christie.
Baca Juga: Bikin Omzet Melejit, Ini Sederet Tips Bikin Konten Marketing Viral
Wanita yang menjadi Nomine Creator of The Year TikTok Awards Indonesia 2024 ini juga menyampaikan, konten storytelling juga bisa menjadi sebuah unique selling point (USP).
Ia menuturkan, banyak calon konsumen menganggap cerita dan nilai emosional di balik sebuah produk merupakan sebuah nilai sebuah produk yang sangat berharga.
"Dulu, jika unique selling point itu adalah produk, sekarang menurut aku unique selling point-nya adalah cerita. Baju menjadi mempunyai nyawa dengan cerita yang ada di baliknya," ujarnya.
Christie juga bilang, konten storytelling yang baik untuk konten harus berupa cerita yang menghibur, dapat dipercaya, mengedukasi, terorganisir, relatable serta mudah diingat atau memorable dengan audiens.
Teknik storytelling dalam membuat konten media sosial, kata Christie, bukan hanya strategi untuk meningkatkan engagement, tetapi juga cara untuk membangun hubungan yang lebih dalam dengan audiens.
“Dengan membuat konten storytelling dengan cerita yang baik, kita tidak hanya berbagi informasi, tetapi juga membangun ikatan emosional dengan audiens,” ujar Christie.
“Karena kan dari situ cerita-cerita atau storytelling orang merasa lebih relate dan itu lebih besar, lebih powerful impact-nya untuk daya beli. Terus termasuk, ya bukan cuma traffic sih, traffic, awareness, sampai conversion ke sales pun juga semua berpengaruh dari konten,” tandas Christie.
Baca Juga: Cuan di Noice: Berdayakan Konten Kreator Dulang Cuan Lewat Monetisasi Konten