Hitmaker Studios kembali mengguncang jagat film horor Indonesia. Rumah produksi yang didirikan Rocky Soraya pada 2012 ini menegaskan dominasinya lewat film terbaru berjudul Dusun Mayit, sebuah horor penuh teror yang berangkat dari kisah liburan anak muda yang berubah menjadi mimpi buruk.

Diadaptasi dari thread viral karya JeroPoint, film Dusun Mayit mengangkat fenomena yang lekat dengan generasi muda, khususnya Gen Z, yakni liburan dan pencarian healing ke alam. Namun, alih-alih pulang dengan pikiran segar, para tokohnya justru terjebak dalam teror dunia gaib yang tak kasatmata.

Film ini disutradarai oleh Rizal Mantovani, dengan Rocky Soraya bertindak sebagai produser. Kolaborasi keduanya menjanjikan sajian horor yang matang secara visual sekaligus kuat dari sisi narasi.

Kemudian, film ini turut dibintangi artis papan atas seperti Amanda Manopo, Randy Martin, Ersya Aurelia hingga Fahad Haydra.

Amanda Manopo, yang memerankan karakter Yuni, menjelaskan bahwa benang merah film ini bukan semata soal horor.

Berangkat dari kisah pertemanan dan perjalanan mencari healing yang berujung petaka, Dusun Mayit menghadirkan horor petualangan dengan latar pegunungan yang terasa dekat, namun perlahan berubah mencekam. 

Cerita bermula dari empat sahabat yang berniat melepas penat dengan mendaki gunung, tanpa menyadari bahwa jalur yang mereka pilih justru membawa mereka ke wilayah yang tak seharusnya didatangi manusia.

“Di sini saya memerankan Yuni. Cerita pendeknya memang tentang empat pertemanan yang mencoba mencari healing. Sampai akhirnya di tengah perjalanan mereka ternyata salah jalur dan masuk ke desa. Dari situ awal cerita kenapa film ini bisa ada,” tutur Amanda saat acara Press Conference dan Gala Premiere film Dusun Mayit di XXI Senayan City, Jakarta, Selasa (23/12/2025).

Menurut Amanda, perjalanan yang awalnya ringan dan penuh canda perlahan berubah menjadi mimpi buruk ketika mereka menyadari bahwa tidak semua tempat bisa menerima kehadiran manusia.

Konflik semakin terasa dengan kehadiran Nita, karakter yang diperankan Ersya Aurelia. Ia menyebut Nita sebagai sosok paling arogan di antara keempat sahabat tersebut.

“Sedikit tentang perannya, mungkin Nita yang paling sombong di sini. Salah satu alasan kenapa kita berempat bisa terjebak di Dusun Mayit,” kata Ersya.

Karakter Nita bukan hanya memicu ketegangan antar tokoh, tetapi juga membuka jalan menuju kekacauan yang lebih besar.

Sementara itu, Raka yang diperankan Randy Martin adalah sosok penggagas perjalanan. Namun pendakian ke Gunung Welirang yang mereka lakukan ternyata menyimpan ancaman nyata.

“Ternyata ada rintangan yang membuat kita kemungkinan tidak bisa kembali hidup-hidup. Jadi film ini bukan cuma horor, tapi juga adventure. Pertanyaannya, apakah kita bisa turun kembali ke dunia kita?” ujar Randy.

Proses produksi film ini pun menyimpan cerita tersendiri. Randy mengaku sempat mengalami cedera akibat adegan fisik yang cukup ekstrem.

“Ada satu sekuens hampir separuh film, Raka harus menggendong Nita. Ternyata ada keluhan di punggung, lebih tepatnya tulang belikat. Muscle soreness karena overuse. Tengah malam juga ada terapi dari fisioterapis,” ungkapnya.

Di balik layar, sutradara Rizal Mantovani menekankan pentingnya persiapan dalam mendaki gunung, yang menjadi fondasi utama cerita film ini.

“Naik gunung itu punya tiga syarat. Fisik harus kuat, equipment harus pas, dan yang ketiga persiapan mental. Di film ini masalah muncul karena salah satu dari mereka secara mental belum siap. Dari situlah titik seru film ini,” terang Rizal.

Baca Juga: Daftar Film Indonesia di Netflix yang Cocok Menemani Libur Akhir Tahun

Sebagai produser, Rocky Soraya melihat Dusun Mayit sebagai eksplorasi kisah yang dekat dengan masyarakat. Ia juga membeberkan proses riset yang dilakukan timnya.

“Thread-nya memang menarik, tapi saya pikir enggak semua thread 100 persen benar. Jadi tim kami banyak mewawancarai pendaki yang pernah melewati Gunung Welirang. Ceritanya ternyata sama. Gunung Welirang bahkan sempat ditutup tiga tahun karena banyak orang hilang, dan baru dibuka lagi saat kami syuting,” beber Rocky.

Rizal menambahkan bahwa lokasi dalam film tidak sepenuhnya merepresentasikan dunia nyata.

“Lokasi Gunung Welirang itu tepatnya di Batu, Malang. Kita memang syuting ke sana, tapi ada juga lokasi yang kita pass off sebagai hutan demi keselamatan,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa tempat-tempat seperti danau dan desa dalam film merupakan bagian dari dunia gaib.

“Itu danau gaib, desa mayitnya juga gaib. Mereka terjebak di tempat yang tidak ada di dunia nyata, dan masalahnya adalah bagaimana cara keluar dari sana,” tukasnya.

Dari sisi visual, terutama untuk sosok penguasa gunung, Rizal mengungkapkan pendekatan yang berbeda dengan memadukan pemeran fisik dan CGI.

“Biasanya makhluk penjaga itu kurus dan devilish. Saya pikir, gunung itu besar, jadi kenapa enggak sesuatu yang masif,” katanya.

“CGI yang baik itu dicampur dengan practical effect, bukan pure CGI,” tegasnya.

Pemilihan pemain utama pun dilakukan tanpa proses casting panjang. Rocky Soraya mengaku sudah memiliki gambaran kuat soal karakter sejak awal.

Pengalaman para pemain di lokasi syuting dipenuhi tantangan dan cerita tak terlupakan. Fahad Haydra, yang memerankan Aryo, menyebut adegan emosional di dalam tenda sebagai favoritnya.

“Dari perspektif usia dan emosi, itu jadi salah satu scene favorit saya,” ujarnya.

Sementara bagi Ersya, tantangan terbesar justru datang dari adegan underwater.

“Aku kira aku enggak akan survive,” katanya.

Dengan latihan terbatas, ia harus menyelam hingga dasar kolam sedalam tiga meter.

“Yang paling berat itu melawan panik. Kalau enggak tenang, scene ini enggak akan selesai,” tambahnya.

Tak hanya itu, Ersya juga mengaku mengalami pengalaman supranatural selama menginap di hotel lokasi syuting.

“Aku ketindihan dan melihat bayangan tinggi besar berjalan ke arah cermin. Bangun-bangun aku sudah keringetan,” ungkapnya.

Sebagai informasi, film Dusun Mayit dijadwalkan tayang di bioskop mulai 31 Desember 2025, bertepatan dengan momen liburan akhir tahun, waktu yang kerap menjadi ajang uji nyali penonton.

Dengan perpaduan horor, petualangan, riset mendalam, serta pengalaman personal para pemainnya, Dusun Mayit bukan sekadar film seram. Film ini menjadi refleksi tentang batas manusia, pentingnya persiapan, dan konsekuensi ketika seseorang melangkah ke wilayah yang seharusnya tetap menjadi misteri.

Baca Juga: Daftar Film tentang Ibu yang Ceritanya Dekat dengan Kehidupan Nyata