Kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dirpoyeksi akan memengaruhi kinerja ekspor Indonesia, sebagaimana kekhawatiran Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Diketahui, Negeri Paman Sam tersebut akan memberlakukan tarif impor 32 persen kepada Indonesia.

Tidak hanya soal ekspor, PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL) sebagai perusahaan yang bergerak di bidang industri tekstil serta garmen dalam negeri mengaku khawatir akan dampak persaingan di dalam negeri. Pasalnya, kebijakan tarif yang diberlakukan Trump memungkinkan China mengalihkan pasar ekspornya ke negara lain, termasuk Indonesia. Sampai saat ini, China terus mengungkapkan penolakannya terhadap kebijakan Trump tersebut.

Baca Juga: Prabowo Mau Bertemu Trump Bahas Tarif Impor

"Yang kami khawatirkan adalah dampak selanjutnya dari kebijakan AS tersebut. Yang secara tidak langsung berdampak kepada kami, yaitu membanjirnya barang-barang dari China, misalnya. Pasalnya, China punya volume perdagangan cukup tinggi di Amerika. Keputusan Trump bisa berdampak pada menyerbunya barang produksi dari China yang bisa mengganggu tatanan bisnis garmen maupun tekstil di Indonesia," ujar Karsongno Wongso Djaja, Direktur Utama BELL, Selasa (15/4/2025).

Karsono menerangkan, bisnis BELL selama ini disokong oleh penjualan dalam negeri sehingga kebijakan tarif AS tidak akan berdampak langsung pada kelangsungan bisnisnya. Di tahun 2024, penjualan dalam negeri menyokong 94 persen dari total penjualan BELL sehingga porsi ekspor hanya memegang peranan sebesar 6 persen.

"Selain itu, mayoritas ekspor kami adalah ke Jepang. Kami juga sedang menunggu bagaimana kebijakan pemerintah untuk menghadapi kebijakan Trump tersebut," tegasnya.

Indonesia Siap Berdiskusi dengan AS

Indonesia menjadi salah satu negara yang mengajukan negosiasi kepada Pemerintah Amerika Serikat. Sebelumnya, Trump telah menangguhkan seluruh tarif impor tinggi kepada sejumlah negara selama 90 hari. Dia menyebut, keputusan tersebut diambil karena antusiasme sejumlah negara untuk bernegosiasi dengannya.

"Faktanya, lebih dari 75 negara telah memanggil perwakilan AS, termasuk Departemen Perdagangan, Departemen Keuangan, dan USTR (Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat) untuk merundingkan solusi bagi subjek yang dibahas," ujar Trump.

Sejumlah menteri kabinet pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dikonfirmasi akan menuju Amerika Serikat pada 16-23 April 2024 mendatang. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang mendapat kesempatan untuk berunding.

"Indonesia salah satu negara yang mendapat kesempatan pertama diundang ke Washington DC. Ini tentu berdasarkan apa yang sudah disampaikan pemerintah," tuturnya pada Senin (14/4/2025).

Dalam kesempatan itu, Indonesia akan menawarkan sejumlah poin penting kepada Pemerintah AS. Poin-poin itu mencakup deregulasi kebijakan ekspor impor; kemudahan investasi perusahaan RI ke AS maupun sebaliknya; serta menyeimbangkan defisit neraca perdagangan dengan menargetkan tambahan impor dari AS senilai US$18-US$19 miliar.

Selain dirinya, Airlangga menyebut sejumlah nama yang akan ikut melakukan negoisasi dengan Trump. Mereka adalah Menteri Luar Negeri Sugiono, Wakil Ketua DEN Mari Elka Pangestu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, serta Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono.