Sebagai seorang maestro dengan visi kuat dalam setiap karya, menemukan pasangan kreatif yang sejalan tentu bukan hal mudah bagi Indra Lesmana. Namun, dalam perjalanannya bersama The Apurva Kempinski Bali, ia menemukan kecocokan yang begitu alami dan mengalir.

"Sebenarnya tidak sesulit itu," ujar Indra, saat konferensi pers virtual yang digelar The Apurva Kempinski Bali, Jumat (25/4/2025).

Dikatakan Indra, kesan pertamanya saat menginjakkan kaki di The Apurva Kempinski Bali bukanlah seperti memasuki hotel biasa. Ia merasakan sesuatu yang jauh lebih dalam—sebuah nuansa megah yang menyentuh jiwa.

"Anda benar-benar bisa merasakan Indonesia, lebih dari sekadar berada di Bali," lanjutnya.

Pengalaman spiritual itu diperkuat dengan pertemuannya dengan tim di balik hotel, termasuk Vincent Guironnet, General Manager The Apurva Kempinski Bali, yang Indra sebut sebagai sosok yang memiliki apresiasi tinggi terhadap seni.

Chemistry pun langsung terjalin. Menurut Indra, pertemuan jiwa antara tempat, orang-orang di The Apurva Kempinski Bali, dan energi yang tercipta, membuat kolaborasi ini menjadi lebih dari sekadar proyek kerja sama—ini adalah perjalanan jiwa bersama.

Baca Juga: Eksplorasi Spiritual dan Musik Global Indra Lesmana di 'Swara Apurva'

Indra menemukan bahwa The Apurva Kempinski Bali bukan hanya memberi ruang fisik untuk berkarya, tetapi juga ruang emosional dan kreatif, sesuatu yang sangat dibutuhkan seorang seniman.

Lobi hotel yang dipenuhi karya seni terkurasi dengan apik, menurutnya, bukan hanya mempercantik ruang, tetapi juga menginspirasi siapa saja yang melangkah masuk.

"Setiap kali masuk ke lobi, Anda ingin tahu lebih banyak, ingin melihat lebih banyak. Itu membuat saya terdiam," ungkap Indra penuh kagum.

Energi inilah yang kemudian mendorongnya menciptakan karya monumental: Swara Apurva.

Proses Kreatif yang Dimulai dari Suara Alam

Berbeda dari proyek-proyek sebelumnya, Indra memulai proses kreatif “Swara Apurva” bukan dari piano, melainkan dari alam. Ia menghabiskan tiga hingga empat minggu pertama hanya untuk mendengarkan dan merasakan suara-suara di sekitar Apurva—deru ombak, kicauan burung, nyanyian jangkrik di malam hari, hingga suara monyet di pagi hari.

Indra mengaitkan proses ini dengan konsep Dewata Nawasanga, sembilan penjuru mata angin dalam kepercayaan Bali, masing-masing dengan energi, warna, karakter, bahkan hewan penjaga yang berbeda.

Ia membagi suara-suara yang ditangkapnya ke dalam kategori energi yang berbeda, membangun fondasi emosional sebelum akhirnya menyentuh piano dan mulai menciptakan musik.

Dari perjalanan kreatif ini lahir sembilan komposisi, masing-masing merepresentasikan satu penjuru mata angin, yang disusun dalam waktu empat bulan penuh eksplorasi, melibatkan berbagai musisi dan vokalis berbeda.

Lewat “Swara Apurva”, Indra Lesmana tidak hanya mempersembahkan musik, melainkan membangun sebuah pengalaman imersif yang menghubungkan alam, budaya, dan jiwa manusia dalam harmoni yang mendalam.

Baca Juga: The Apurva Kempinski Bali Gelar Pameran Seni Karya Diego Berel, Pelukis Berkebutuhan Khusus yang Bakatnya Diakui Internasional