Dalam pidato penerimaannya, Joko Anwar menyampaikan rasa terima kasih sekaligus refleksi mengenai perjalanan kreatifnya.
Ia menjelaskan bahwa banyak dari karyanya lahir dari kegelisahan terhadap isu-isu sosial maupun ekologis.
“Melalui cerita-cerita yang dibungkus dalam horor, thriller, atau komedi, saya berusaha membicarakan hal-hal yang sering kali sulit dibicarakan secara langsung, tentang ketidakadilan, tentang kekuasaan, tentang manusia dan lingkungan tempat ia berpijak,” ungkapnya, dikutip Sabtu (13/12/2025).
Ia menambahkan bahwa pendekatan genre membantunya membawa isu penting ke ranah yang lebih aksesibel bagi penonton luas.
Diketahui, penganugerahan ini datang di tengah proses persiapan perilisan Ghost in the Cell, film ke-12 Joko Anwar yang dijadwalkan tayang pada 2026.
Film horor-komedi tersebut mengambil latar penjara sebagai metafora untuk membicarakan kerusakan lingkungan, kekuasaan, dan tanggung jawab moral, isu yang selama ini konsisten hadir dalam film-filmnya.
“Ghost in the Cell adalah bagian dari percakapan yang sama yang selama ini ingin saya bangun lewat film-film saya,” tutur Joko Anwar.
“Menggunakan genre untuk menghibur, tetapi juga untuk mengajak penonton berpikir tentang dunia tempat kita hidup,” pungkasnya.
Baca Juga: Profil dan Perjalanan Karier Boris Bokir, dari Stand Up Comedy hingga Bintang Film