Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara tiba-tiba meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia atas segala kesalah saat memerintah Indonesia.
Permintaan maaf yang disampaikan secara terbuka dalam acara Dzikir dan Doa Kebangsaan di halaman Istana Merdeka, Jakarta, pada Kamis (1/8/2024) itu menuai beragam tanggapan.
Baca Juga: Momen-Momen Kedekatan Relasi Jokowi dengan Influencer dan Relawan
Banyak yang mengapresiasi tindakan itu, bahkan memuji Jokowi yang disebut sebagai kepala negara rendah hati dan menghormati rakyatnya, sebaliknya kelompok macam PDI-Perjuangan justru mengkritik keras tindakan itu karena berbagai alasan.
Di balik pro-kontra permintaan maaf yang mendadak itu, ada strategi tertentu yang sudah dipikir masak-masak sebelum Jokowi menyampaikan permohonan maafnya.
Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Kunto Adi Wibowo mengatakan, strategi komunikasi yang dipakai Jokowi jelas untuk menarik simpati masyarakat, Jokowi ingin meraih kembali kepercayaan masyarakat jelang masa akhir jabatannya.
Cara-cara seperti ini kata Adi cenderung berhasil karena Jokowi tak mendeskripsikan secara jelas alasan dirinya meminta maaf. Bagi Adi ini adalah salah satu cara paling cerdas menarik perhatian masyarakat di tengah kritik keras yang dialamatkan untuk pemerintah. Permintaan maaf itu menetralisir kondisi politik sekarang ini.
“Permintaan maaf tanpa spesifik menyebutkan alasan atau kesalahan tertentu membuat penerimaan publik terhadap Pak Jokowi meningkat," kata Adi dilansur Senin (25/8/2024).
Meski cara ini terbilang efektif, namun Jokowi dan pemerintah harus mengambil tindakan lebih lanjut sebelum kembali kehilangan kepercayaan masyarakat yang sudah mereka dapatkan lagi.
Cara untuk mempertahan kepercayaan itu kata Adi adalah lewat komitmen untuk melakukan pembenahan. Kalau itu diabaikan citra positif Jokowi dan pemerintahannya bisa kembali tercoreng.
Baca Juga: Klaim Anies Dibantah Ahok
“Namun, jika permintaan maaf ini tidak diikuti dengan komitmen untuk perubahan di masa mendatang, maka akan terasa kurang efektif,” tutup Adi.