Semakin Jatuh Cinta dengan Dunia Film

Mira semakin jatuh cinta dengan dunia film, apalagi setelah ia dan keluarga pindah ke Sydney, Australia. Hampir setiap pulang sekolah, Mira selalu menonton film, entah itu di bioskop atau hanya di rumah bersama orang tuanya.

Dari sekadar menonton film untuk hiburan, lama-lama rasa ingin tahu Mira tentang dunia film pun berkembang. Mira di usia remajanya semakin ingin mengetahui bagaimana proses dan tokoh di balik pembuatan film.

Setelah menyelesaikan pendidikan menengah atasnya di Australia International Independent School, Mira berniat untuk melanjutkan studi ke sekolah film di Australia. Sayangnya, niat tersebut tak kesampaian. Bertepatan dengan lulusnya Indra dari beasiswa pendidikan musiknya, Mira dan keluarga harus harus kembali ke Tanah Air.

Pulang ke Indonesia, Mira pun melanjutkan pendidikan tingginya di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada 1983, sebagai mahasiswa jurusan Penyutradaraan. Dua tahun membekali diri dengan ilmu sutradara film, Mira memutuskan untuk langsung praktik dan terjun ke dunia periklanan. 

Mira memulai perjalanan kariernya di dunia periklanan, di mana ia banyak terlibat dalam produksi iklan kreatif untuk berbagai merek. Pengalaman pertamanya di dunia film datang saat ia bekerja sama dengan sutradara Garin Nugroho dalam sebuah iklan layanan masyarakat. 

Dari sana, ketertarikannya terhadap dunia sinema semakin tumbuh. Setelah delapan tahun meniti karier di industri periklanan, Mira akhirnya memutuskan untuk beralih ke industri perfilman Tanah Air.

Baca Juga: Mengenal Sosok Liana Saputri, Anak Sulung Haji Isam Eks Pembalap Offroad yang Jadi Bos Perusahaan Sawit Termuda

Mira dan Dunia Perfilman

Kehadiran Mira membawa angin segar bagi industri film Indonesia saat itu. Bisa dibilang, ia berperan dalam menghidupkan kembali mutu dan kualitas perfilman Tanah Air. 

Pasalnya, pada era 1990-an, bioskop justru lebih banyak dipenuhi film-film bernuansa erotis. Lewat karyanya, Mira ikut mendorong lahirnya film-film berkualitas yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan makna dan inspirasi bagi penonton.

Bersama Riri Riza, Nan Achnas, dan Rizal Mantovani, Mira pun menggarap film Kuldesak yang diproduksi sejak 1996 dan dirilis dua tahun setelahnya. Dalam film ini, Mira bersama ketiga rekannya berkesempatan menyutradarai masing-masing segmen.

Di tengah masa kelam perfilman Indonesia kala itu, Kuldesak justru menoreh prestasi. Film garapan Mira ini berhasil dinominasikan sebagai ‘Best Asian Feature Film’ dalam Silver Screen Award di Singapore International Film Festival 1999.

Sebelum memproduksi Kuldesak, istri Mathias Muchus ini lebih dulu membangun fondasi kuat di industri film dengan mendirikan Miles Films pada Maret 1995 bersama Riri Riza. Di awal perjalanannya, Miles Films fokus pada produksi film televisi dan dokumenter, sekaligus menjadi wadah bagi seniman muda berbakat yang ingin mengasah keterampilan mereka dalam pembuatan video musik dan iklan TV.