Kesepakatan baru antara Amerika Serikat (AS) dan China menandai ‘gencatan senjata’ dalam perang dagang yang selama ini memanas mulai mereda. Di tengah kondisi ini, Indonesia harus tetap waspada dalam menjaga keseimbangan pengaruh antara kedua negara tersebut.
Ekonom senior sekaligus mantan gubernur BI, Soedradjad Djiwandono, menekankan pentingnya posisi netral Indonesia dalam merespon dinamika hubungan AS dan China. Ia mengingatkan agar Indonesia tidak terlalu condong ke salah satu pihak.
“Kita harus menjaga imbang antara pengaruh Amerika dan pengaruh China. Jangan terlalu dekat antara Amerika dan China. Kita tetap berjalan tenang. KIta tidak hanya selamat, tetapi kita bisa lebih meningkatkan produk-produk kita untuk kesejahteraan,” ungkapnya dalam Trump Effect di Kantor RRI, Jakarta, Rabu (14/5/2025).
Baca Juga: Negosiasi Kebijakan Tarif Donald Trump, Ini Poin yang Disepakati Pemerintah RI dan AS
Soedradjad menilai bahwa langkah pemerintah Indonesia sudah cukup aktif dalam merespons kebijakan luar negeri Presiden AS, terutama melalui pendekatan diplomatik. Pihak AS sendiri sudah menerima delegasi tim negosiasi dari Indonesia.
“Saya kira, pemerintahan yang sekarang ini sudah cukup aktif dalam menanggapi apa yang dilakukan Presiden Trump. Sudah diterima oleh pejabat mereka, baik USTR, Ambassador Greer, maupun Secretary of Commerce,” ujarnya.
Soedradjad melihat bahwa pertemuan perundingan tersebut berjalan dengan baik. Meskipun demikian, ia mengingatkan bahwa Indonesia tidak boleh lengah dan harus tetap waspada terhadap perubahan.
“Ini jangan sampai kita selesotan, tapi kita tetap harus waspada. Istilah saya eklektik yang berarti harus siap sedia,” tambahnya.
Ia optimis dengan sikap waspada dan dukungan penuh dari seluruh rakyat Indonesia, maka Indonesia mampu melewati setiap perubahan.
“Saya kira dengan senjata tadi dan restu dari seluruh rakyat Indonesia, kita akan oke bahkan lebih dari oke,” pungkasnya.