Ia kembali menambahkan.”Kemudian secara pendapatan memang kalau kita lihat ada penurunan kurang lebih menjadi Rp8,5 triliun namun ini adalah pencapaian trimbulan 3 yang lalu. EBITDA kita mencapai EBITDA margin kita 42,7 persen atau pada angka Rp3,6 triliun dan secara laba rugi kita membutuhkan kerugian kurang lebih Rp1 triliun. Ini kira-kira angka yang kita butuhkan sampai dengan triwulan 3 2024 yang lalu.”
Maka dari itu, perlu diketahui, di bulan akhir ini pada tanggal 11 Desember 2024, untuk memperkuat kinerja perusahaan, Smartfren dan XL Axiata telah bergabung lebih lanjut dalam satu kesatuan yang dikenal dengan nama XL Smart. Langkah ini diambil untuk menciptakan sebuah entitas yang lebih kuat dan terintegrasi, yang bisa lebih bersaing di pasar telekomunikasi Indonesia.
“Hal ini dilakukan juga untuk memajukan astacita dari Kabinet Indonesia Maju, yaitu dengan berfokus pada pertumbuhan ekonomi digital dan peningkatan penetrasi internet di seluruh wilayah di Indonesia. Dilakukannya marger antara Smartfren dan XL Axiata memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan sumber daya yang lebih besar, seperti infrastruktur dan teknologi yang lebih canggih, sehingga mampu memenuhi kebutuhan pelanggan yang semakin berkembang di era digital ini,” tutup Merza.