4. Media, Konten, dan Kreatif Dasar

Desain grafis, copywriting, dan jurnalisme dasar menghadapi disrupsi dari AI seperti DALL-E dan GPT. Pew Research 2024 memperkirakan 30% pekerjaan media bisa terotomatisasi pada 2035.

Namun, kreativitas tingkat tinggi, storytelling, dan seni yang melibatkan emosi manusia masih sulit digantikan.

5. Teknologi dan Pemrograman Rutin

AI sudah dapat menulis kode, menguji perangkat lunak, hingga mendesain aplikasi sederhana. Forum Ekonomi Dunia 2025 mencatat 40% tugas pemrograman bisa diotomatisasi pada 2040.

Namun, inovasi kompleks seperti R&D, keamanan siber, dan pengembangan AI itu sendiri tetap butuh tenaga ahli manusia.

6. Kesehatan dan Medis (Tugas Administratif)

Diagnostik berbasis AI dan bedah robotik terus berkembang. Tetapi peran keperawatan, terapi, hingga pekerjaan sosial sulit digantikan karena membutuhkan empati dan kepercayaan manusia.

Studi Lancet 2023 memprediksi 25% tugas administrasi medis dapat hilang pada 2035.

7. Pendidikan dan Kepemimpinan Tingkat Tinggi

AI bisa membantu mengoreksi ujian atau memberikan materi standar. Namun, mengajar filsafat, pendidikan anak usia dini, hingga memimpin organisasi besar tetap membutuhkan kecerdasan emosional dan intuisi manusia.

Laporan OECD 2024 bahkan menyebut hanya 10% tugas mengajar yang dapat diotomatisasi hingga 2040.

Apa yang Bisa Dilakukan Pekerja?

Meskipun prospek ini terdengar mengkhawatirkan, ada cara untuk tetap relevan, yaitu:

  • Bangun keterampilan tahan AI: pemikiran kritis, kreativitas, komunikasi, dan kecerdasan emosional.
  • Kuasi literasi digital: dari AI prompt engineering hingga pemahaman big data.
  • Pilih sektor lebih aman: kesehatan, pendidikan, konstruksi, dan perdagangan terampil.
  • Dukung program reskilling: ikut pelatihan ulang agar bisa beradaptasi ke peran baru.
Baca Juga: Finex Perkenalkan NexAI: Sinergi Kecerdasan Buatan dan Penilaian Manusia untuk Trading Lebih Cerdas