Guru besar Universitas Indonesia Rhenald Kasali menyoroti fenomena orang Indonesia yang punya keengganan untuk mencari tempat parkir yang jauh dari pintu masuk suatu tempat. Mayoritas masyarakat Indonesia cenderung mencari tempat parkir yang berlokasi di dekat pintu masuk.
“Misalnya gini loh, saudara nonton, saudara parkirnya di mana rata-rata? Pengennya dekat pintu kan? Saudara ke bandara, saudara di dropnya di mana? Di depan pintu,” kata Rhenald dilansir Olenka.id Kamis (6/3/2025).
Baca Juga: Prabowo Minta Rosan Dkk Tak Rekrut Orang Titipan untuk Tim Danantara
Kebiasaan seperti ini membuat orang Indonesia menjadi orang yang malas berjalan kaki, Kondisi itu berbanding terbalik dengan kebiasan orang-orang di sejumlah negara maju yang memang gemar berjalan kaki.
Misalnya saja di Singapura, lokasi parkir di tempatkan di tempat-tempat yang jauh dari pintu masuk yang bikin warganya mau tak mau harus berjalan kaki menuju pintu masuk. Di sana tak ada peraturan memperbolehkan seseorang diturunkan atau di jemput di depan pintu, semua wajib didrop di tempat parkir.
“Kalau di Singapura dituruninnya di mana? Kalau pakai mobil, parkir dulu kan? Dari tempat parkir tuh jauh jalan-jalan. Saya dijemput teman saya di Singapura, saya mesti jalan ke tempat parkir. Nggak bisa langsung depan. Kecuali saudara yang naik taksi,” ujarnya.
Menurut Rhenald Kasali, kebiasaan kecil seperti ini rupanya sangat berdampak ke berbagai hal, termasuk memengaruhi harapan hidup masyarakat, dia mengeklaim orang yang gemar berjalan kaki cenderung punya harapan hidup yang juah lebih panjang ketimbang yang malas berjalan kaki.
“Orang kita naik mobil. Parkir depan pintu, akibatnya kadar vitamin D-nya rendah. Akibatnya biaya kesehatannya tinggi. Kan vitamin D menentukan sodara umur panjang nih, salah satunya,” katanya lagi.
Baca Juga: Kemesraan Prabowo, SBY, Jokowi Serta Puan Maharani adalah Cerminan Politik Tingkat Tinggi
“Ini semua kan kait-mengkait nih. Kalau orangnya tidak bisa memahami, masyarakatnya terlena, sudah lah, kos BPJS-nya tinggi, sudah BPSJS-nya tinggi, obat-obatannya mahal, terus kemudian ditambah lagi umurnya kalah panjang sama Singapura,” tambahnya memungkasi.