Presiden Joko Widodo resmi merombak susunan kabinet Indonesia Maju di penghujung masa jabatannya. Kepala Negara menggeser beberapa posisi menteri dan melantik beberapa wajah baru untuk mengisi posisi-posisi strategis. Total Jokowi melantik 3 menteri, 1 wakil menteri dan 3 kepala badan. 

Dari 7 pejabat yang dilantik, salah satu nama yang cukup menyita perhatian publik adalah  Taruna Ikrar.

Pria kelahiran 15 April 1969 di Makassar, Sulawesi Selatan itu sukses membetot perhatian masyarakat dengan sederet gelar akademis yang lumayan mentereng. 

Baca Juga: Presiden Jokowi Bentuk Badan Gizi Nasional

Adapun Taruna Ikrar dilantik Jokowi menjadi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dia menggantikan posisi Lucia Rizka Andalusia yang sebelumnya menjabat sebagai pelaksana tugas lantaran posisi kepala BPOM ditinggal Penny K Lukito. 

Rekam Jejak Pendidikan 

Taruna Ikrar merupakan jebolan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, pendidikan kedokteran yang ia tempuh adalah upaya mewujudkan cita-cita yang ia impikan sejak kecil.  

Sadar akan ekonomi keluarga yang pas-pasan yang hanya mengharapkan penghasilan orang tua yang berprofesi sebagai guru, Taruna Ikrar tak mau main-main atau membuang waktu di bangku kuliah, ia menuntaskan studinya tepat waktu dan melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia. Di salah satu kampus terbesar di Tanah Air itu anak ke-5 dari 10 bersaudara itu mengambil Master Farmakologi. 

Tak butuh waktu lama, Taruna Ikrar dengan kecerdasan di atas rata-rata itu mendapat beasiswa dari Pemerintah Jepang. Ia kemudian terbang ke negeri Sakura untuk melanjutkan pendidikan Ph.D di Universitas Niigata. Di sini,  laki-laki 55 tahun itu mengambil  spesialisasi penyakit jantung. 

Belum puas dengan pencapaian tersebut, Taruna Ikrar memutuskan terbang ke Amerika Serikat pada 2008, ia kemudian masuk ke University of California dan menuntaskan program post-doctoralnya di bidang neurosains di School of Medicine. 

Karier Mentereng

Kesuksesan Taruna Ikrar di bidang pendidikan berlanjut hingga ke karier profesional. Pada 2000 hingga 2003 dia didapuk menjadi  Wakil Ketua PB Ikatan Dokter Indonesia.

Ia  juga tercatat sebagai anggota American Cardiology Collage, and Society for Neurosciences, International Heart Research Association, Asia Pacific Hearth Rhythm Association, dan Japanese Cardiologist Association.

Taruna Ikrar adalah anggota Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4) dan menjabat sebagai Wakil Ketua Umum I-4 dari 2011-2013 dan 2012-2015.

Baca Juga: Pilkada Jakarta Bukan Momen untuk Mas Anies

Pada 2014, Taruna Ikrar mulai menjajal profesi baru sebagai pengajar di Departemen Biotechnology dan Neuroscience, Surya University. Dia juga tercatat sebagai salah satu adjunct professor di Department Neurology, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 

Di samping itu, ayah tiga anak ini juga tercatat pernah bekerja  di departemen anatomi dan neurobiologi di Universitas California di Irvine, AS. Dia juga pernah menjadi anggota tim peneliti obat dan vaksin di ASGCT California, AS.

Tak sampai disitu Taruna Ikrar juga menjadi  sebagai pemegang paten untuk teknik pemetaan otak manusia.

Gelar Profesi Dicabut 

Sukses menorehkan segudang prestasi di dunia pendidikan dan karier, sosok Taruna Ikrar juga tidak lepas dari kontroversi, misalnya soal polemik gelar profesi pada November 2023 lalu gelar profesi miliknya dicabut oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim. 

Baca Juga: Gelagat PKS Masuk Koalisi Pemerintah dan Tiket Anies Baswedan yang Terancam Hangus

Pencabutan gelar profesi Taruna Ikrar jelas bikin heboh, keputusan pencabutan gelar yang tertuang dalam  Keputusan Mendikbudristek RI Nomor 0728/E.E4/RHS/DT.04.01/2023 tentang Penyetaraan Jabatan Akademik Dosen menjadi polemik di tengah masyarakat.

Pihak Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi berdalih pencubatan gelar itu dilakukan karena adanya kecurangan untuk meraih gelar tersebut.