Sementara itu, sub-holding PalmCo mengintegrasikan industri hulu dan hilir kelapa sawit PTPN Holding. Dengan ini, perusahaan diproyeksikan menjadi perusahaan perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia pada tahun 2026 dengan target luas areal sebesar 706 ribu hektare, menghasilkan 1,8 juta ton olein per tahun dan 433 ribu ton biodiesel per tahun. Olein yang dihasilkan diharapkan dapat memenuhi sekitar 30 persen dari konsumsi minyak goreng domestik. 

"Sub-holding ini menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan produktivitas perkebunan serta kapasitas produksi komoditas olahan sawit, termasuk hasil panen tandan buah segar (TBS), crude palm oil (CPO), minyak nabati, dan minyak goreng," kata Abdul Ghani.

Baca Juga: Sinergi Membawa BUMN 'Menari Lincah'

Sub-holding Supporting Company akan mengurus bisnis yang tidak dikelola oleh PalmCo dan SugarCo guna meningkatkan finansial dari bisnis lain serta inkubasi bisnis-bisnis baru seperti properti dan green business. Supporting Company difokuskan untuk mengelola bisnis Group PTPN selain komoditas gula dan kelapa sawit dengan fokus pada penguatan komoditas teh dan kopi serta pengembangan model bisnis baru berbasis optimalisasi aset.

Dengan inisiatif strategi tersebut, Ghani menjelaskan bahwa pendapatan perusahaan dari tahun ke tahun secara rata-rata meningkat 17,5% sejak 2020. Untuk tahun 2024, PTPN Holding menargetkan pendapatan sebesar Rp61,7 triliun, meningkat dari Rp50,9 triliun pada tahun 2023. Secara rata-rata, sejak tahun 2020, pendapatan perusahaan terus meningkat atau mencapai 11,9% per tahun. Tren ini menunjukkan bahwa PTPN Holding memiliki mentalitas pemenang, mampu bangkit dari keterpurukan dan melakukan lompatan progresif.

Dengan segala pencapaian dan tantangan yang berhasil diatasi, PTPN Holding terus membuktikan diri sebagai aset berharga bagi Indonesia. Perusahaan ini akan terus berupaya memberikan kontribusi positif bagi kemajuan bangsa dan negara sebagai katalis ekonomi menuju Indonesia Emas 2045.