Buku yang Mempengaruhi Hidup Leila
Dikutip dari eksperionline.com, buku-buku memiliki peran sentral dalam membentuk cara berpikir Leila. Ia sendiri mengaku dipengaruhi karya akademik seperti Women and State Socialism Alena Heitlinger, pemikiran kritis Naomi Klein, serta fiksi dari Virginia Woolf, Gabriel García Márquez, Orhan Pamuk, Anne Sexton, Simone de Beauvoir, hingga Alice Munro.
Pengalaman paling mengguncang terjadi saat ia mengakses buku-buku yang dilarang di Indonesia, termasuk kajian Benedict Anderson tentang tragedi 1965. Bacaan-bacaan inilah yang menjadi fondasi emosional dan intelektual cerpen-cerpen Malam Terakhir.
Dikutip dari laman kemendikdasmen, Laela juga mengaku bahwa ia menyukai tulisan N.H. Dini karena tulisannya jujur dan orisinal. Ia mengatakan bahwa N.H. Dini adalah penulis yang mandiri dalam membangun karyanya tanpa harus disertai sebuah entourage.
Jadi Inspirasi
Leila S. Chudori menjadi inspirasi karena keberaniannya mengangkat sejarah kelam dengan empati dan ketelitian. Ia membuktikan bahwa sastra dapat menjadi media refleksi sosial dan penjaga ingatan kolektif.
Banyak penulis muda menjadikannya panutan, bukan hanya karena kualitas karya, tetapi juga konsistensinya dalam menjaga integritas dan kebebasan berekspresi.
Sementara itu, dikutip dari laman Kemendikdasmen, Leila S. Chudori memandang bahasa sebagai kunci utama dalam menulis fiksi. Bagi Leila, bahasa bukan sekadar alat penyampai cerita, melainkan jembatan yang membawa pembaca memasuki dunia alternatif yang diciptakan pengarang.
Karena itu, sekuat apapun sebuah gagasan, ia tak akan bersinar jika disampaikan secara datar dan ceroboh. Sebaliknya, ide yang tampak sederhana justru dapat menjelma menjadi karya yang menggugah ketika dituturkan dengan pilihan kata yang tepat, pengolahan yang cermat, dan kecerdasan berbahasa, sebuah prinsip yang konsisten tercermin dalam seluruh karya Leila.
Penghargaan
Jejak apresiasi terhadap karya Leila terbentang panjang dan konsisten. Perjalanan itu dimulai pada 2006, ketika ia meraih Penghargaan Penulis Skenario Drama Televisi Terpuji dari Festival Film Bandung lewat Dunia Tanpa Koma, menegaskan kekuatannya dalam dunia penulisan skenario.
Lima tahun kemudian, pada 2011, kumpulan cerpen 9 Dari Nadira dianugerahi Penghargaan Sastra Badan Bahasa Indonesia, disusul pengakuan bergengsi Khatulistiwa Literary Award 2013 untuk novel Pulang dalam kategori prosa.
Puncak pengakuan regional datang pada 2020 melalui Southeast Asian Writers Award (S.E.A. Write Award) untuk novel Laut Bercerita, karya yang kembali menuai kehormatan nasional sebagai Book of the Year IKAPI Award 2022.
Terbaru, pada 2025, Leila S. Chudori dinobatkan sebagai Tatler Most Influential (Indonesia), menegaskan posisinya bukan hanya sebagai sastrawan penting, tetapi juga figur berpengaruh dalam lanskap budaya dan intelektual Indonesia.