Industri film Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dalam hal jumlah penonton, mencapai angka 50-60 juta. Munculnya generasi sineas baru dan film-film berkualitas turut berkontribusi pada tren positif ini. Namun, di balik kesuksesan tersebut, terdapat tantangan yang perlu diperhatikan.

“Pemerintah belum memiliki strategi budaya yang terencana dan terarah untuk memanfaatkan momentum pertumbuhan ini secara optimal,” ujar Garin Nugroho dalam sebuah video yang dikutip Olenka pada Rabu (13/11/2024).

Garin Nugroho mengkritik pemerintah Indonesia karena kurangnya strategi budaya yang terencana dan terarah untuk mengembangkan industri perfilman di tengah pertumbuhan yang pesat.

Baca Juga: Rekomendasi Film Bertema Integritas, Softskill Penting dalam Kehidupan

Ketiadaan desain produksi yang komprehensif menyebabkan munculnya krisis keseragaman dalam industri perfilman. Hal ini terlihat dari dominasi platform digital seperti Netflix yang lebih berfokus pada peningkatan jumlah penonton daripada peningkatan kualitas film itu sendiri. Akibatnya, meskipun jumlah penonton meningkat, kualitas dan keberagaman film Indonesia belum berkembang secara seimbang.

Garin Nugroho menyoroti ketidakmampuan pemerintah dalam merumuskan strategi yang tepat untuk mendukung industri film Indonesia. Ketiadaan perencanaan yang matang membuat potensi pertumbuhan yang besar menjadi tidak termanfaatkan secara maksimal, dan berpotensi menimbulkan krisis keseragaman dalam jangka panjang.

Baca Juga: Rekomendasi Film Tentang Jatuh-Bangunnya Brand, Belajar Uniknya Ciptakan Bisnis!

“Pemerintah perlu mengambil peran yang lebih aktif dalam menciptakan ekosistem industri film yang berkelanjutan dan berdaya saing, dengan fokus pada peningkatan kualitas dan keberagaman film Indonesia, bukan hanya pada jumlah penonton semata,” tuturnya.

Oleh karena itu, peran aktif pemerintah dalam membangun ekosistem industri film yang berkelanjutan dan berdaya saing menjadi kunci keberhasilan industri perfilman Indonesia di masa depan. Prioritas peningkatan kualitas dan keberagaman film, bukan semata-mata jumlah penonton, harus menjadi fokus utama.