Founder dan CEO Holycow Group Afit Dwi Purwanto mengakui bisnis stakehouse mengalami masa pasang surut dalam beberapa tahun terakhir sejak Covid-19 mengepung Indonesia beberapa tahun lalu.
Dia mengakui, lesunya bisnis steakhouse disebabkan beberapa faktor, namun faktor paling utama adalah pengetatan pengeluaran yang dilakukan masyarakat kelas menengah.
Pengetatan pengeluaran itu kata dia tak hanya berimbas pada bisnis yang bergerak di bidang produksi, pengolahan, distribusi, dan penjualan makanan dan minuman saja, namun hal itu juga menyasar segmen bisnis lainnya.
Baca Juga: Mengulas Karya David J. Lieberman
“Kalau saya boleh sharing, karena memang segmen market kita itu di middle class ya, dan itu lumayan paling berdampak sih, mereka kayaknya lagi pengetatan budget untuk spending sebenarnya, tidak hanya grup kita, saya juga ngobrol dengan beberapa teman-teman yang bergerak di bidang yang sama, itu rata semuanya,” kata Afit dilansir Olenka.id Minggu (1/12/2024).
Afit mengatakan, di 2024 bisnis F&B memang belum bangkit sepenuhnya setelah tiarap digempur Covid-19, bahkan kata dia, tahun ini menjadi masa terberat dibanding tahun sebelumnya.
“Nah ini kan kita melakukan wawancara di bulan Oktober ya, harusnya Oktober itu kita udah mulai spike up gitu menuju ke akhir tahun, namun Oktober ini justru kita merasa kok beda dengan Oktober 2023 gitu,” ujarnya.
Selain karena faktor ekonomi yang belum stabil pasca bencana wabah penyakit menular Covid-19, lesunya bisnis F&B tahun ini kata Afit juga dilatarbelakangi beberapa faktor yang membuat masyarakat kelas menengah memilih mengerem pengeluaran mereka, salah satunya adalah tahun politik di Indonesia dan pecahnya perang Rusia versus Ukraina beberapa waktu lalu.
Namun tak menutup kemungkinan lesunya bisnis ini juga bisa jadi dipengaruhi oleh maraknya pinjaman dan judi online yang belakangan menjerumuskan masyarakat kelas menengah.
“Mungkin ada faktor geopolitik juga, ada perang Ukraine dan lain-lain, itu a bit slowing down 2024 nih, Indonesia pada khususnya tahun politik, dan juga kita lagi coba cari tahu apakah ini gara-gara ada pinjol, ada judul, jadi spending habit dari konsumen kita tuh berubah,” katanya lagi.
Afit mengatakan, daya beli masyarakat sekarang ini sangat bertolak belakang dengan beberapa tahun lalu, dimana penjualan di stackhouse bakal melonjak drastis di akhir bulan atau di tanggal-tanggal dimana kebanyakan orang menerima gaji, namun pada 2024 ini kebiasaan itu tak pernah ada lagi, penjualan tak mengalami perubahan sepanjang bulan.
Baca Juga: RIDO Keok di Pilkada Jakarta Versi Hitung Cepat, Endorse Jokowi Tumpul?
“Dulu pada saat gajian, kita biasanya ada peningkatan sales nih pada saat tanggal-tanggal gajian, tapi sekarang spendingnya beda banget. Gajian tuh spike-nya cuman dikit, abis itu slowing down lagi. Nah itu memang challenge banget sih tahun ini terutama buat kita pelaku UMKM,” tuntasnya.