Di Indonesia, transformasi digital dan inovasi berbasis AI bukan lagi sekadar kemungkinan, melainkan sudah menjadi prioritas. Didukung oleh Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial (Stranas KA 2020-2045) serta meningkatnya investasi dari pemerintah dan industri, muncullah kebutuhan akan infrastruktur yang tidak hanya berperforma tinggi dan saling terhubung, tetapi juga aman serta patuh terhadap regulasi kedaulatan data.
Haris Izmee selaku Managing Director, Indonesia, Equinix menjelaskan, penggunaan AI di Indonesia telah mengubah cara dan lokasi penyimpanan data. Menurutnya, kedaulatan dan privasi data kini menjadi prioritas di tingkat manajemen tertinggi karena bisnis harus mematuhi regulasi perlindungan data nasional sambil tetap memastikan kinerja dan skalabilitas sistem mereka.
Baca Juga: Equinix Hadirkan Distributed AI dan Perkenalkan Fabric Intelligence
“AI juga mengubah peran infrastruktur TI. Dibandingkan dengan beban kerja IT tradisional, workload AI membutuhkan daya komputasi yang jauh lebih besar, latensi lebih rendah, dan akses ekosistem yang lebih luas. Kebutuhan ini tidak bisa dipenuhi hanya dengan memperbarui pusat data lama, dan pendekatan single-cloud justru berisiko menimbulkan ketergantungan vendor, penurunan kinerja, serta biaya transfer data (egress fees) yang tinggi,” jelasnya dalam keterangan tertulis yang diterima Olenka, dikutip Senin (20/10/2025).
Dengan kebutuhan tersebut, infrastruktur AI harus mampu mendukung sumber data yang semakin distributed. Di tengah tingginya potensi ekonomi digital Indonesia dengan volume data yang sangat besar dari lebih dari 270 juta penduduk yang tersebar di berbagai pulau dan jaringan, mendekatkan kemampuan komputasi ke sumber data menjadi kunci agar model AI dapat memberikan insights secara real-time dengan efisien dan aman.
Untuk memastikan workload AI dapat berjalan di lokasi yang paling optimal, organisasi memerlukan distributed infrastructure yang mencakup:
- Pusat data berperforma tinggi di berbagai lokasi global dengan kapasitas komputasi canggih untuk kebutuhan pelatihan model (training workloads);
- Edge infrastructure yang dekat dengan sumber data untuk mendukung proses inferensi dengan latensi rendah;
- Kemampuan interkoneksi untuk memindahkan distributed data dengan cepat dan aman.
Netralitas Infrastruktur
Untuk mengoptimalkan distributed infrastructure bagi AI, perusahaan perlu membangunnya di atas platform infrastruktur yang netral, bebas dari ketergantungan vendor, sehingga perusahaan memiliki kendali penuh. Aspek netralitas ini sangat penting di Indonesia karena perusahaan sering berkolaborasi dengan berbagai mitra lokal dan internasional. Platform yang netral memungkinkan interkoneksi lintas multi-cloud, menjaga fleksibilitas dan kepatuhan, tanpa mengorbankan kinerja.
“Equinix sebagai salah satu penyedia colocation yang vendor-neutral mampu menghadirkan kapabilitas platform yang dibutuhkan infrastruktur distributed AI, mempertemukan ribuan mitra dan pelanggan dalam satu ekosistem pusat data. Ketika pusat data tersebut menjadi bagian dari platform global yang saling terhubung, Anda dapat menghubungkan infrastruktur AI di seluruh dunia sekaligus menjangkau para mitra Anda di mana pun mereka berada,” jelas Haris.
Lewat Equinix JK1 International Business Exchange™ (IBX®) di Jakarta, perusahaan lokal dapat terhubung langsung ke ekosistem global. Tidak hanya itu, Haris juga menekankan pentingnya keamanan data. Kerangka regulasi Indonesia, yang diperkuat dengan hadirnya Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (PDP), menegaskan pentingnya lokalisasi data dan persetujuan pengguna. Dengan distributed infrastructure, organisasi dapat menjaga data sensitif tetap berada di dalam wilayah nasional, sambil tetap memperoleh manfaat kolaborasi global.
“Melalui Equinix Fabric, perusahaan di Indonesia dapat memindahkan data sesuai kebutuhan, secara privat, aman, dan efisien. Ini memastikan workload yang sensitif terhadap kinerja, seperti pelatihan dan inferensi AI dapat beroperasi dengan performa maksimal tanpa terekspos pada kerentanan jaringan publik,” pungkasnya.