Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa tetap pada pendirian, ia tak mau mengutak atik Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk membayar utang kereta cepat Jakarta - Bandung atau Whoosh.
Purbaya menegaskan proyek Whoosh dikelola oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).
Purbaya lantas mengatakan, apabila utang kereta cepat dibayar pakai APBN maka ini bakal menjadi sebuah lelucon, seharusnya kata dia jika Danantara mau mengambil deviden dari BUMN, maka ia juga harus menanggung beban utangnya bukan hanya mengambil sisi untungnya saja.
Baca Juga: Alasan Purbaya Ogah Ongkosi Proyek Family Office Gagasan Luhut
"Kalau pakai APBN agak lucu. Karena untungnya ke dia (Danantara), susahnya ke kita. Harusnya kalau diambil (dividen BUMN), ambil semua gitu (termasuk beban utang BUMN)," kata Purbaya dilansir Selasa (14/10/2025).
Purbaya menegaskan semua keuntungan proyek tersebut masuk ke Danantara lagi pula kata dia, Danantara juga sudah mengambil dividen dari BUMN yang biasanya masuk ke kas negara sampai dengan Rp80 triliun. Jadi seharusnya lembaga itu bisa secara mandiri membayar utang Whoosh tanpa membebani APBN.
"Itu kan Whoosh sudah dikelola oleh Danantara kan. Danantara sudah ngambil Rp80 triliun lebih dividen dari BUMN, seharusnya mereka manage dari situ saja," tegasnya.
Whoosh alias Kereta Cepat Jakarta-Bandung dibangun dengan nilai total investasi US$7,2 miliar atau setara Rp116,54 triliun (asumsi kurs Rp16.186 per dolar AS).
Investasi ini bengkak dari proposal awal yang diajukan oleh China pada 2015 lalu saat rebutan dengan Jepang. Saat itu, China menawarkan Kereta Cepat Jakarta-Bandung dengan nilai investasi US$5,13 miliar. Investasi lebih murah dibandingkan dengan tawaran Jepang yang mengajukan proposal investasi US$6,2 miliar.
Nah, dari total biaya investasi itu US$7,2 miliar itu, 75 persen di antaranya didapat dari pinjaman China Development Bank. Sementara sisanya berasal dari setoran modal pemegang saham, yaitu gabungan dari PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) (60 persen) dan Beijing Yawan HSR Co Ltd (40 persen).
Baca Juga: Purbaya Siap Guyur Lagi Bank Himbara, BRI dan BNI Terdepan Ajukan Permohonan
Keberadaan utang itu, membebani kinerja keuangan PT KAI sebagai salah satu pihak yang terlibat dalam pengoperasian Whoosh. Nah, untuk mengatasi masalah itu, Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) menyiapkan dua opsi untuk membereskan utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Chief Operating Officer (COO) BPI Danantara Dony Oskaria mengungkap dua cara itu adalah menyuntik dana ke KAI atau mengambilalih infrastruktur Kereta Cepat.