Kedermawanan Dato Sri Tahir sudah menjadi rahasia umum. Title ‘pengusaha terkaya’ di Tanah Air, tak membuatnya jumawa. Ringan tangan, begitu sifatnya. Uluran tangan selalu diberikan sebagai wujud misi kemanusiaan. Tak ayal, hal itu membuat Tahir juga dikenal sebagai filantropis ternama di Tanah Air. 

Lebih dari sekadar menggelontorkan banyak rupiah yang sudah tak terhitung nilainya, ada niat mulia Dato Sri Tahir dalam misi kemanusiaan yang dijalankannya. Niat yang mungkin seringkali tak terlihat, seolah tertutupi dengan nominal sumbangan besar yang kerap dikeluarkan Bos Mayapada ini. 

Salah satu misi kemanusiaan besar yang berhasil diwujudkan Tahir adalah ketika ia menggandeng Bill Gates dalam sebuah kolaborasi. Tahir mengakui, saat orang terkaya di dunia itu datang ke Indonesia untuk memberikan bantuan amal, dunia seakan tercengang oleh dua fakta. Pertama, Tahir berhasil mengundang orang terkaya di dunia ke Indonesia. Kedua, Tahir berhasil berhasil menyumbangkan triliunan rupiah untuk tujuan kemanusiaan. 

“Bersama Bill Gates saya umumkan kepada pers pada tanggal 26 Mei 2014 bahwa kami telah menyumbangkan total USD 200 juta atau sekitar 2,3 triliun rupiah. Dana tersebut dirangkai atas nama Tahir Foundation dan Bill Gates Foundation,” ujar Dato Sri Tahir dalam buku Living Sacrifice karya Alberthiene Endah seperti dikutip, Minggu (27/4/2025).

Baca Juga: Pesan Dato Sri Tahir untuk Para Taipan Negeri: Tinggalkan Skandal, Bangunlah Kepercayaan!

Tahir berhasil mewujudkan hal tersebut setelah melalui proses panjang dalam mencari mekanisme paling efektif untuk memberikan sesuatu yang berarti bagi negara ini. Ia terinspirasi oleh konsep donasi yang diterapkan oleh Bill Gates Foundation, yang menyusun sistem stimulasi efektif untuk mengundang para konglomerat dari seluruh dunia menunjukkan kepedulian terhadap isu-isu di negara mereka masing-masing maupun dunia. Bill Gates menjadi contoh nyata dari konsep tersebut, dan ia berhasil.

Kemitraan Dato Sri Tahir dengan Bill Gates dalam memberikan kontribusi untuk kegiatan kemanusiaan di Indonesia saat itu, seketika menjadi sensasi besar di media. Namun sangat disayangkan, ulasan media tidak banyak membahas tentang penerima sumbangan tersebut. 

Media seolah hanya tertuju pada tokoh terkenal seperti Bill Gates yang bersedia datang ke Indonesia. Padahal, dalam siaran pers telah disebutkan bahwa sumbangan tersebut akan dikhususkan pada penyediaan dukungan kesehatan. Dana yang sangat didedikasikan Tahir dan Gates untuk pencegahan sejumlah penyakit serius seperti AIDS, polio, malaria, TBC, dan kekurangan gizi pada anak-anak yang membutuhkan. 

“Bill Gates dan saya sangat prihatin dengan kondisi anak-anak Indonesia yang berasal dari keluarga miskin. Sayangnya, aspek ini tidak mendapat perhatian yang seharusnya dari media. Sebaliknya, lebih banyak berita yang terfokus pada suatu isu yang dimuat sebagai tajuk utama,” kata Tahir.

Banyak media yang saat itu berspekulasi tentang jumlah kekayaan yang dimiliki Tahir, sehingga memungkinkannya untuk menyumbangkan triliunan rupiah. Hal itu semakin diperparah komentar lain yang lain mengatakan bahwa Tahir sangat makmur dan memamerkan kekayaannya dengan memberikan kontribusi. 

Diberitakan demikian, Tahir mengaku tetap menghargai media. Ayah Grace Tahir ini sadar bahwa apa yang dilakukannya itu memang agak tidak biasa di Indonesia. Di mana, mungkin menimbulkan kecurigaan di balik kegembiraan media dalam menanggapi peristiwa itu. 

Baca Juga: Ketika Tahir Sukses Membangun Keluarga Harmonis Tanpa Embel-embel Uang dan Materi

“Tidak apa-apa. Niat baik tidak harus membuat saya kehilangan arah. Di sisi lain, itu melegakan saya karena terbukti telah memilih jalan yang benar untuk menyalurkan berkah kepada orang lain. Dengan bergandengan tangan dengan Bill Gates Foundation, saya dapat memastikan bahwa sumbangan besar itu dapat tepat sasaran melalui mekanisme yang sangat terorganisasi,” tutur pemilik nama lahir Ang Tjoen Ming itu. 

Mengapa Tahir  ingin melakukan ini? Benarkah apa yang dikatakan orang tentangnya bahwa hanya ingin pamer dan bersedia menerima diri dengan menyumbangkan sejumlah uang yang fantastis? Apakah ia bermaksud membuat "panggung" dengan cara yang simpatik seperti itu? Tahir tegaskan, tidak. Sama sekali tidak. 

Diakui Tahir, memberi telah menjadi kebutuhan dasar baginya seperti yang diajarkan orang tuanya sejak kecil. Memberi adalah caranya memberdayakan diri sendiri ketika masih menjalani kehidupan yang sulit. Memberi telah menjadi sumber kegembiraan dalam hidupnya. 

“Karena saya telah berhasil menjadikan diri saya sebagai bankir yang relatif sukses, apa yang saya berikan tentu saja harus proporsional dengan apa yang saya miliki. Sesederhana itu,” imbuhnya.