Kemitraan Dato Sri Tahir dengan Bill Gates dalam memberikan kontribusi untuk kegiatan kemanusiaan di Indonesia saat itu, seketika menjadi sensasi besar di media. Namun sangat disayangkan, ulasan media tidak banyak membahas tentang penerima sumbangan tersebut. 

Media seolah hanya tertuju pada tokoh terkenal seperti Bill Gates yang bersedia datang ke Indonesia. Padahal, dalam siaran pers telah disebutkan bahwa sumbangan tersebut akan dikhususkan pada penyediaan dukungan kesehatan. Dana yang sangat didedikasikan Tahir dan Gates untuk pencegahan sejumlah penyakit serius seperti AIDS, polio, malaria, TBC, dan kekurangan gizi pada anak-anak yang membutuhkan. 

“Bill Gates dan saya sangat prihatin dengan kondisi anak-anak Indonesia yang berasal dari keluarga miskin. Sayangnya, aspek ini tidak mendapat perhatian yang seharusnya dari media. Sebaliknya, lebih banyak berita yang terfokus pada suatu isu yang dimuat sebagai tajuk utama,” kata Tahir.

Banyak media yang saat itu berspekulasi tentang jumlah kekayaan yang dimiliki Tahir, sehingga memungkinkannya untuk menyumbangkan triliunan rupiah. Hal itu semakin diperparah komentar lain yang lain mengatakan bahwa Tahir sangat makmur dan memamerkan kekayaannya dengan memberikan kontribusi. 

Diberitakan demikian, Tahir mengaku tetap menghargai media. Ayah Grace Tahir ini sadar bahwa apa yang dilakukannya itu memang agak tidak biasa di Indonesia. Di mana, mungkin menimbulkan kecurigaan di balik kegembiraan media dalam menanggapi peristiwa itu. 

Baca Juga: Ketika Tahir Sukses Membangun Keluarga Harmonis Tanpa Embel-embel Uang dan Materi

“Tidak apa-apa. Niat baik tidak harus membuat saya kehilangan arah. Di sisi lain, itu melegakan saya karena terbukti telah memilih jalan yang benar untuk menyalurkan berkah kepada orang lain. Dengan bergandengan tangan dengan Bill Gates Foundation, saya dapat memastikan bahwa sumbangan besar itu dapat tepat sasaran melalui mekanisme yang sangat terorganisasi,” tutur pemilik nama lahir Ang Tjoen Ming itu. 

Mengapa Tahir  ingin melakukan ini? Benarkah apa yang dikatakan orang tentangnya bahwa hanya ingin pamer dan bersedia menerima diri dengan menyumbangkan sejumlah uang yang fantastis? Apakah ia bermaksud membuat "panggung" dengan cara yang simpatik seperti itu? Tahir tegaskan, tidak. Sama sekali tidak. 

Diakui Tahir, memberi telah menjadi kebutuhan dasar baginya seperti yang diajarkan orang tuanya sejak kecil. Memberi adalah caranya memberdayakan diri sendiri ketika masih menjalani kehidupan yang sulit. Memberi telah menjadi sumber kegembiraan dalam hidupnya. 

“Karena saya telah berhasil menjadikan diri saya sebagai bankir yang relatif sukses, apa yang saya berikan tentu saja harus proporsional dengan apa yang saya miliki. Sesederhana itu,” imbuhnya.