Teh sebagai Identitas Budaya Indonesia
Menurut Myra, sebelum budaya Barat masuk, minuman khas masyarakat Indonesia bukanlah kopi atau air mineral, melainkan teh. Dari Sabang sampai Merauke, setiap daerah memiliki tradisi minum teh yang unik.
“Orang Indonesia itu budayanya minum teh. Air mineral pun baru populer setelah bercampur dengan budaya Barat. Dulu orang makan pasti minumnya es teh tawar atau es teh manis,” katanya.
Dengan Cha Co., ia ingin mengembalikan teh ke tempatnya semula, yakni sebagai simbol budaya, kebersamaan, dan keseimbangan hidup.
Komitmen terhadap Lingkungan dan Komunitas
Dibeberkan Myra, Cha Co. tidak hanya mengusung nilai budaya, tetapi juga tanggung jawab sosial dan lingkungan. Menurutnya, setiap pembelian minuman Cha Co. turut memberdayakan ribuan pekerja kebun teh Pagilaran yang telah menjaga warisan ini selama 180 tahun.
Selain itu, Cha Co. juga mendorong pengurangan limbah dengan memberikan tumbler khusus kepada pengunjung.
Kata Myra, pemilik tumbler nantinya akan mendapatkan diskon seumur hidup dan lemonade gratis setiap kali datang.
“Ini bentuk komitmen kami terhadap pelestarian lingkungan,” ujar Myra.
Meski baru membuka gerai pertamanya, lanjut Myra, Cha Co. memiliki visi besar.
“Tidak adil kalau kemewahan teh Pagilaran hanya bisa dinikmati di satu tempat saja. Kami ingin membuka banyak cabang di Indonesia dan membawa teh Indonesia ke panggung dunia,” tutur Myra penuh semangat.
Dengan perpaduan antara tradisi dan inovasi, sambung Myra, Cha Co. hadir bukan sekadar sebagai gerai minuman, tetapi sebagai gerakan budaya, mengangkat kembali teh Indonesia sebagai kebanggaan bangsa.
“Minum teh bukan sekadar menikmati rasa. Ini tentang warisan, kesehatan, dan identitas kita sebagai orang Indonesia,” pungkas Myra.
Baca Juga: Buka Gerai Pertama di Indonesia, CHAGEE Bersiap Lakukan Ekspansi Berikutnya