Membesarkan NISP dengan Taruhan Nyawa
Langkah Karmaka bukan tanpa risiko. Dikutip dari Tirto.id, ia pernah diculik, disekap, dan nyaris dibunuh oleh pihak-pihak yang merasa terancam. Ia bahkan ditolak menduduki posisi strategis karena hanya lulusan SMA.
Alih-alih mundur, Karmaka memilih langkah tak lazim. Ia meminta mulai dari posisi kasir, jantung pengawasan arus uang. Ketekunan itu berbuah hasil. Penyelewengan terbongkar, aset pelaku disita, dan Karmaka berhasil menguasai 43 persen saham Bank NISP. Pada 1 Juni 1966, ia resmi diangkat sebagai Direktur Bank NISP.
Namun, ujian terberat datang pada 1965, ketika nilai uang dipangkas drastis dan ratusan bank gulung tikar. Dikutip dari Kompas.id, di tengah kepanikan nasional, Karmaka berhasil menjaga kepercayaan nasabah dan membawa NISP tetap berdiri.
Membangun Bank dengan Nilai Kepercayaan
Di tangan Karmaka, NISP terus bertumbuh. Bank ini menjadi bank komersial pada 1967, bank devisa pada 1990, dan melantai di bursa pada 1994. Ia menjabat Presiden Direktur (1971–1997) dan Presiden Komisaris (1997–2008).
Dikutip dari Kompas.com, prinsip utama dia adalah menjaga kepercayaan melalui pengawasan berlapis dan etika yang kuat. Masuknya Oversea-Chinese Banking Corporation (OCBC) dari Singapura pada 2004 menandai babak baru. Sejak 2008, bank ini resmi bernama Bank OCBC NISP.
Penghargaan dan Kepedulian Sosial
Dikutip dari laman Finansialku.com, atas dedikasinya, Karmaka dianugerahi gelar Chairman Emeritus seumur hidup. Di luar perbankan, ia aktif dalam berbagai kegiatan sosial, pendidikan, kesehatan, dan kebudayaan.
Dan, dikutip dari Kompas.id, ia memberikan beasiswa kepada ratusan mahasiswa lintas etnis, membantu pembangunan rumah ibadah berbagai agama, serta menjadi penggerak seni budaya Sunda.
“Saya ingin hidup ini berguna dan bisa berbuat kebaikan sebanyak mungkin untuk orang lain,” tutur Karmaka.
Kisah Hidup yang Diabadikan dalam Film
Perjalanan hidup Karmaka diangkat ke layar lebar lewat film Love & Faith (2015). Dikutip dari Bisnis.com, film ini dibintangi Rio Dewanto sebagai Karmaka dan Laura Basuki sebagai istrinya.
Film tersebut menggambarkan perjuangan, cinta, dan keberanian menghadapi korupsi serta kekacauan politik era 1960-an.
Akhir Perjalanan Karmaka Surjaudaja
Karmaka Surjaudaja wafat pada 17 Februari 2020 di Bandung dalam usia 85 tahun. Dikutip dari CNN Indonesia, Bank OCBC NISP menyebutnya sebagai sosok pemimpin yang rendah hati, bersahaja, dan berintegritas.
Dan, dikutip dari Kompas.com, salah satu anak Karmaka, Pramukti Surjaudaja, menyebut bahwa kunci keberhasilan perusahaan adalah menjaga kepercayaan nasabah. Ia menjelaskan bahwa manajemen Bank NISP selalu berpegang pada prinsip kesehatan, profesionalisme, etika, dan rentabilitas.
Saat ini, Pramukti Surjaudaja sendiri menjabat sebagai Presiden Komisaris OCBC NISP, sementara Parwati Surjaudaja, putri Karmaka, menjabat sebagai Presiden Direktur sekaligus CEO Bank OCBC NISP.
Baca Juga: Mengenang Sosok Pendiri Merek Legendaris Teh Botol Sosro, Soegiharto Sosrodjojo