Marina Budiman merupakan salah satu pengusaha wanita yang berhasil masuk jajaran 10 orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Lantas, siapa Marina Budiman dan apa bisnis yang digelutinya?
Bagi orang yang menggeluti bisnis di dunia industri teknologi digital pasti sudah tidak asing dengan sosok Marina Budiman. Ia memangku jabatan sebagai co-founder sekaligus Presiden Komisaris perusahaan pusat data (data center) PT DCI Indonesia Tbk (DCII).
Pendidikan dan Karier Marina Budiman
Sebelum membangun perusahaan data center dengan Otto Toto Sugiri, Marina Budiman mengenyam pendidikan di University of Toronto dan mengambil studi di bidang ekonomi dan keuangan.
Setelah lulus, wanita kelahiran tahun 1961 itu bekerja di Bank Bali pada 1985 bersama dengan Otto. Kemudian, Marina Budiman bergabung dengan perusahaan IT Sigma Cipta Caraka tahun 1989.
Bersama Otto juga, Marina Budiman mendirikan Indonet, layanan penyedia internet (internet service provider) pertama di Indonesia tahun 1994. Langkah ini menjadi pondasi yang kuat bagi perjalanan bisnisnya di sektor teknologi. Meski pada akhirnya, ia dan para pendiri lainnya menjual saham mereka pada tahun 2023.
Baca Juga: Dato Sri Tahir Bagikan Rahasia Sukses Kembangkan Bisnis Mayapada
Hingga pada tahun 2000, Marina Budiman menjadi Chief Financial Officer di perusahaan IT Sigma Cipta Caraka. Kariernya pun semakin moncer saat diangkat menjadi direktur penjualan dan pengantaran pada tahun 2008.
Bangun Bisnis Data Center
Karier Marina Budiman tidak berhenti menjadi direktur saja, ia pun mendirikan PT DCI Indonesia bersama Otto Toto Sugiri dan Han Arming Hanafia di tahun 2011. melansir laman resmi DCII, perusahaan ini menjadi pusat data Tier IV pertama di Asia Tenggara dengan tiga lokasi utama, yakni di Cibitung, Karawang, dan Jakarta.
Tahun 2021 lalu, DCII melantai di bursa saham dengan harga penawaran awal Rp420 per sahamnya. Emiten penyedia data center ini juga membentuk kerja sama dengan Anthoni Salim, bos Grup Salim, membangun kompleks hyperscale data center park dengan standar global yang dikenal dengan H2.
Kompleks H2 didesain dengan standar internasional menggunakan spesifikasi tier tiga dan tier empat yang didukung oleh multiple konektivitas fiber optic (carrier neutral) dan dua pembangkit listrik.
Bangunan kompleks juga dikembangkan dengan konsep green data center serta menggunakan energi terbarukan dari solar panel farm yang akan dibangun di area yang sama.
Baca Juga: Mengenal Sosok Evi Savitri Iriani, Kepala BSIP yang Banyak Raih Penghargaan
Penggunaan layanan digital dalam menjalankan bisnis bertujuan untuk efisiensi operasional, peningkatan kepuasan pelanggan, dan peningkatan aktivitas dengan pelanggan, seperti kegiatan belanja daring, pembayaran non-tunai, sekolah online, dan penggunaan media sosial.
Dengan mengandalkan pemanfaatan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, DCII membukukan pendapatan kolokasi berulang meningkat secara tahunan. Kini nilai saham DCII sudah jauh lebih tinggi, yakni di angka Rp 167.950 (per Jumat, 28/3/2025).
Nilai kapitalisasi pasarnya juga meroket, mencapai sekitar Rp 400 triliun. Melansir laman idx.co.id, di profil DCII, Marina Budiman memegang saham perusahaan ini sebesar 22,51 persen, tertinggi kedua setelah Otto Toto Sugiri.
Kekayaan Marina Budiman
Perlu kamu tahu, pada awal tahun 2021, DCI berhasil menggelar IPO, dan disebutkan bahwa harga saham DCI mencapai angka Rp59.000.
Berdasarkan Forbes, Marina Budiman berada pada urutan ke-650 dalam daftar Forbes Real Time Billionaires per 30 Maret 2025. Posisi itu membuatnya berada di urutan ketujuh untuk regional Indonesia dengan total kekayaan sekitar US5,3 miliar atau sekitar Rp87,8 triliun (asumsi kurs Rupiah ke dollar AS Rp16.571)
Kekayaan yang diperoleh Marina Budiman ini tidak hanya menunjukkan keberhasilan pribadinya saja, tetapi juga mencerminkan pesatnya pertumbuhan sektor teknologi di Indonesia.
Terobosan bisnis pusat data yang dijalankan Marina Budiman ini telah mengubah peta industri teknologi sekaligus menjadikannya inspirasi bagi banyak pengusaha wanita.