Kontribusi
Prof. Uut dikenal luas sebagai akademisi yang berdedikasi dalam pengendalian penyakit dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
Dikutip dari leiden institute, sebagai pengajar di Universitas Gadjah Mada (UGM), ia memiliki spesialisasi dalam bidang ini dan memimpin Eliminate Dengue Project di Yogyakarta, salah satu kota dengan tingkat penularan demam berdarah tertinggi di Indonesia. Pada 2018, ia juga menjadi pembicara dalam seminar TEDx, membahas upaya pengurangan kasus dengue di kota tersebut.
Dalam ranah pendidikan, Prof. Utarini memegang tanggung jawab besar. Dikutip dari leiden institute, ia mengajar mata kuliah Metode Penelitian di program S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat dan program S2 Kebijakan dan Manajemen Kesehatan di UGM.
Selain itu, ia pernah menjabat Anggota Dewan Riset Nasional (2015-2022) dan menjadi Editor Utama The Journal of Hospital Accreditation, yang diterbitkan oleh KARS. Peran-peran ini menegaskan komitmennya dalam membentuk generasi ilmuwan dan praktisi kesehatan yang kompeten.
Kontribusi Prof. Uut juga meluas ke kebijakan dan strategi kesehatan nasional. Sejak 2013, ia aktif sebagai Peneliti Utama di World Mosquito Program Yogyakarta, dan sejak 2017, ia terlibat sebagai Konsultan dalam pengembangan Kebijakan dan Strategi Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan di Kementerian Kesehatan RI.
Dikutip dari leiden institute, karya-karya risetnya telah dipublikasikan dalam lebih dari 30 jurnal kesehatan internasional, membuktikan dampak penelitian yang tidak hanya berskala lokal, tetapi juga berpengaruh global.
Penghargaan dan Pengakuan
Prof. Uut telah menorehkan berbagai prestasi sepanjang kariernya, baik di tingkat nasional maupun internasional. Ia dianugerahi gelar profesor kesehatan masyarakat di Universitas Gadjah Mada pada tahun 2011, di mana ia saat ini mengajar tentang kebijakan, manajemen mutu, dan metode penelitian.
Pada 2014, ia menerima Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya XX, sebuah pengakuan atas dedikasinya di bidang penelitian. Setahun kemudian, pada 2015, ia dipercaya menjabat sebagai Anggota Dewan Riset Nasional Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia hingga 2017.
Pada 2017, Webometrics menempatkan Prof. Uut pada peringkat 311 peneliti Indonesia terbaik, sementara publikasi ilmiahnya telah tersebar di lebih dari 138 jurnal, termasuk New England Journal of Medicine, seperti dikutip dari Antaranews.
Keberhasilan Prof. Uut dalam memimpin uji coba perintis teknologi pemberantasan demam berdarah di Indonesia berhasil menurunkan kasus hingga 77% di beberapa kota besar. Prestasi ini membuatnya masuk dalam daftar 10 ilmuwan yang berkontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan dunia pada 2020, berdasarkan jurnal Nature.
Kemudian, Prof. Uut juga menerima Habibie Award pada 2019 dan masuk dalam daftar Time 100 pada 2021. Pada 2022, Prof. Uut diakui sebagai ikon prestasi Pancasila, dan kemudian, pada 2024, ia menerima Excellence Award dari Kementerian Kesehatan RI.
Berbagai penghargaan ini menegaskan reputasinya sebagai ilmuwan perempuan yang tidak hanya berprestasi di ranah akademik, tetapi juga berdampak nyata pada kesehatan masyarakat di Indonesia.
Dipuji Melinda Gates
Prestasi Prof. Uut juga menuai pujian dari Melinda French Gates. Filantropi asal Amerika ini mengungkapkan kekagumannya melalui unggahan di akun Instagram miliknya.
"Saya tidak pernah menyangka bakal semangat [membahas] gigitan nyamuk. Lalu saya bertemu dengan Dr. Adi Utarini," tulisnya.
“Dalam sebuah terobosan eksperimen, ia membuktikan bahwa menginokulasi nyamuk dengan bakteri yang disebut Wolbachia dapat membantu menurunkan tingkat demam berdarah yang mematikan dengan mencegah mereka menularkan penyakit,” lanjut Melinda Gates.
Baca Juga: Mengenal Herawati Sudoyo: Perempuan Pemimpin Laboratorium DNA Forensik dan Peneliti Utama Eijkman