Keberadaan pejabat politik di Indonesia sangat penting dalam menjaga kesinambungan birokrasi pemerintahan, terlepas dari perubahan politik. Mereka diharapkan bisa mengimplementasikan kebijakan publik dengan efisien, efektif, dan berbasis pada data dan bukti.
Salah satu politikus Indonesia yang telah bekerja di berbagai sektor bidang, yaitu Fadel Muhammad Al-Haddar. Selain sebagai seorang politikus, Fadel juga memiliki jenjang karier yang panjang seperti membangun bisnis, menjadi ketua umum yayasan dan organisasi besar, hingga menjadi guru besar.
Berikut ini telah Olenka rangkum dari berbagai sumber mengenai Sosok Fadel Muhammad, pada Jumat (31/01/2025).
Latar Belakang dan Pendidikan
Al Habib Fadel Muhammad Al-Haddar, atau biasa dikenal dengan nama Fadel Muhammad, ia lahir pada 20 Mei 1952 di Ternate, Gorontalo. Fadel menjadi salah satu orang yang memiliki karier panjang mulai dari pengusaha, politikus, hingga akademisi Indonesia.
Baca Juga: Mengenal Sosok Rachmat Gobel, Generasi Kedua dari Pemilik Bisnis Panasonic Gobel Group
Dalam pendidikan, Fadel telah meraih gelar Insinyur di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1978 dan kemudian melanjutkan studi untuk meraih gelar doktor di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada tahun 2007 dengan predikat Cumlaude.
Pada 2018, Fadel dianugerahi gelar Profesor di bidang Kewirausahaan Sektor Publik dari Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, menjadikannya satu-satunya profesor di Indonesia dalam bidang ini.
Perjalanan Karier Akademis
Fadel Muhammad memulai karier akademisnya di bidang teknik dengan meraih gelar Insinyur di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1978. Kemudian, ia melanjutkan studi doktoralnya di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, di bidang Administrasi Publik, dan berhasil meraih gelar Doktor dengan predikat Cumlaude pada tahun 2007.
Disertasi doktornya yang membahas pemikiran kewirausahaan menunjukkan kedalaman wawasan Fadel tentang pentingnya mengembangkan jiwa kewirausahaan dalam sektor publik untuk mendukung kemajuan daerah dan negara.
Pada 2018, Fadel dianugerahi gelar Profesor di bidang kewirausahaan sektor publik, menjadikannya sebagai satu-satunya guru besar di Indonesia yang memiliki spesialisasi ini. Sebagai seorang akademisi, Fadel tidak hanya mengajar tetapi juga menulis banyak artikel ilmiah yang tersebar di berbagai media.
Baca Juga: Ketua MPR Optimis 2028 Ibu Kota Sudah Pindah ke IKN
Tulisan-tulisannya yang berbicara tentang kewirausahaan sektor publik telah memberikan kontribusi besar dalam menginspirasi banyak mahasiswa dan profesional untuk mengembangkan usaha mereka di dunia publik dan sosial.
Pengalaman Wirausaha yang Mendalam
Fadel Muhammad sudah menumbuhkan jiwa kewirausahaannya sejak kecil dengan membantu ibunya berjualan roti. Namun, karier wirausahanya mulai teruji saat ia menjadi pengurus koperasi mahasiswa ITB dan membuka usaha keagenan sepeda motor.
Keberhasilannya dalam mengelola usaha tersebut membawa Fadel untuk mendirikan PT Bukaka Teknik Utama, yang berkembang pesat menjadi perusahaan teknik yang ternama, bergerak di sektor infrastruktur, energi, dan telekomunikasi.
Selain itu, Fadel juga terlibat dalam berbagai organisasi kewirausahaan, seperti menjadi Ketua Komite Kadin Iran, Ketua Asosiasi Sarjana dan Praktisi Administrasi (ASPA), serta anggota Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dan American Society of Mechanical Engineers.
Pengalaman luasnya dalam dunia wirausaha membuatnya menjadi sosok yang sangat dihormati baik di kalangan praktisi bisnis maupun akademisi.
Perjalanan Politik dan Tantangan Bisnis
Meski perjalanan bisnis Fadel cukup sukses, ia juga tidak lepas dari tantangan. Pada tahun 2001, Fadel terlibat dalam perkara kepailitan melawan beberapa lembaga keuangan besar, seperti Bank IFI, ING Barings South East Asia Limited, dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Ia dinyatakan berutang Rp. 40 miliar kepada Bank IFI, sebesar US$ 4,8 juta kepada ING Barings, dan sebesar Rp 93,2 miliar kepada BPPN. Dalam putusan Pengadilan Niaga Jakarta pada 13 Maret 2001, ia dinyatakan pailit, namun secara mengejutkan dibebaskan dalam tingkat kasasi oleh Mahkamah Agung pada 18 Oktober 2004.
Kontribusi dalam Organisasi dan Masyarakat
Fadel tidak hanya fokus pada karier bisnis dan akademis, tetapi juga berperan aktif dalam berbagai organisasi. Ia adalah Ketua Umum Pengurus Dewan Jagung Nasional, Ketua Umum Pusat Yayasan Al-Khairaat (sebuah lembaga pendidikan Islam terbesar di Kawasan Timur Indonesia), dan Ketua Umum Masyarakat Agribisnis dan Agroindustri Indonesia (MAI).
Fadel juga terlibat dalam organisasi internasional dan nasional seperti Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan Induk Koperasi Karyawan (Inkopkar). Di dunia politik, ia pernah menjabat sebagai Gubernur Gorontalo dan Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia.
Karier Politik dan Pemerintahan
Fadel Muhammad memulai kiprahnya di dunia politik sebagai anggota MPR-RI pada tahun 1992, dan sejak itu, karier politiknya terus berkembang. Ia menjabat sebagai Gubernur Provinsi Gorontalo selama dua periode (2001-2009).
Baca Juga: Daftar 6 Pengusaha Ternama Asal Sulawesi Selatan
Dimana ia berhasil membawa Gorontalo menjadi provinsi yang dikenal dengan inovasi, terutama dalam sektor pertanian jagung. Fadel memperoleh kemenangan besar dalam Pemilihan Gubernur dengan meraih 81 persen suara pada periode kedua, sebuah rekor tertinggi di Indonesia.
Pada 2009, Fadel diangkat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan dalam Kabinet Indonesia Bersatu II dan menjabat hingga 2011. Ia kemudian melanjutkan kariernya sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI) pada periode 2014-2019, memimpin Komisi XI yang membahas masalah keuangan, perencanaan pembangunan, dan perbankan.
Saat ini, Fadel menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI periode 2019-2024 dan anggota DPD RI untuk daerah pemilihan Gorontalo. Fadel juga terus memperluas kiprahnya, termasuk menjabat sebagai Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN).
Penghargaan
Mengutip laman resmi Rayyana Komunikasindo, atas dedikasinya dalam berbagai bidang, Fadel juga telah menerima berbagai penghargaan dari pemerintah Indonesia dan negara internasional. Pada 1989, ia memperoleh Penghargaan Kepresidenan UPAKARTI atas kontribusinya dalam pengembangan industri kecil.
Pada tahun 1990, ia kembali menerima Satya Lencana Pembangunan atas sumbangsihnya terhadap sektor industri. Penghargaan Lee Kuan Yew Fellowship Award pada tahun 1994 dari Pemerintah Singapura juga menjadi bukti pengakuan internasional terhadap kontribusinya dalam mempererat hubungan kedua negara.
Baca Juga: 8 Tokoh Perempuan Inspiratif Asal Sulawesi Selatan
Sebagai Gubernur Gorontalo, FM mendapatkan lebih dari 40 penghargaan dari berbagai institusi pemerintah, berkat usahanya dalam mengembangkan provinsi baru tersebut, serta pengakuan dari United Nations Development Programme (UNDP) atas komitmennya dalam pengentasan kemiskinan.
Pada puncaknya, ia menerima penghargaan tertinggi dari Presiden Republik Indonesia, di antaranya penghargaan Ketahanan Pangan Abadi pada 2004-2006, Satyalancana Pembangunan pada 2007, hingga Bintang Mahaputra Adipradana pada 2014 sebagai tanda penghargaan atas kontribusinya yang signifikan dalam pembangunan negara.
Secara keseluruhan, karier politik yang ditempuh Fadel berperan sebagai tulang punggung administratif negara untuk membantu menjaga keberlangsungan roda pemerintahan. Meskipun sering kali berada di persimpangan dan dinamika politik yang selalu berubah, Fadel telah menunjukkan kontribusinya dalam kegiatan politik hingga turut andil dalam bidang industri