Di dunia seni rupa, teknologi digital semakin berkembang pesat dan membuka banyak kemungkinan baru bagi para seniman. Namun, tampaknya tidak semua pelaku seni serta-merta menerima perubahan ini. Sebagian masih lebih nyaman dengan teknik manual, sementara yang lain mencoba beradaptasi dengan alat digital.
Ketua Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Danny Yuwanda, mengingatkan jika pemanfaatan teknologi sangat penting bagi pelaku seni rupa. Mereka yang cenderung menolak atau enggan menggunakan teknologi dalam berkarya, biasanya lebih nyaman dengan metode manual. Hal ini bisa terjadi karena mereka sudah terbiasa dengan cara tradisional atau belum memiliki keterampilan yang cukup dalam mengoperasikan teknologi digital.
Bagi sebagian seniman, manual teknik memiliki nilai autentik yang sulit tergantikan. Kendati begitu, Danny menilai, penting juga untuk mencoba mempelajari teknologi digital agar dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman.
“Biasanya kalau setiap insan yang menutup diri terhadap teknologi itu biasanya dia lebih ke manual, terus sama mungkin belum tentu dia bisa menguasai teknologi tersebut. Misalkan sekarang software-software dari komputer atau teknologi yang ada di Android itu benar-benar membutuhkan effort yang tinggi dari segi penguasaan teknologi tersebut,” ujar Danny Yuwanda seperti Olenka kutip, Rabu (26/2/2025).
Baca Juga: Perkembangan Seni Rupa di Balik Kemajuan Teknologi, DKJ: AI Bukan Pengganti Seniman
“Oke yang manual, tapi kita harus mencoba belajar juga yang digital terhadap kemajuan teknologi ini,” sambungnya.
Mengabaikan perkembangan teknologi dinilai dapat merugikan seniman, karena teknologi menawarkan berbagai kemudahan dan peluang baru dalam berkarya. Namun, di sisi lain, teknik manual seperti manual drawing atau menggambar secara tradisional tetap memiliki nilai yang tidak boleh ditinggalkan.
Baca Juga: Ketika AI Masuk dalam Dunia Seni Rupa, Jadi Peluang atau Ancaman?
Sebagai seorang dosen di Seni Rupa dan Desain Fakultas Kesenian Jakarta, Danny mengingatkan akan pentingnya menjaga keseimbangan antara keterampilan manual dan penggunaan teknologi. Di era kecerdasan buatan (AI) ini, para seniman dituntut untuk mampu memanfaatkan teknologi tanpa kehilangan esensi dari keterampilan tradisional mereka.
“Kita juga berusaha untuk jangan sampai meninggalkan manual juga. Manual drawing atau manual dari segi menggambar. Nah di sini teknologi itu tuh memajukan kita juga untuk melihat perkembangan zaman sih,” imbuhnya.