Laut Bercerita

Laut Bercerita merupakan karya Leila yang ketiga, dan menjadi salah satu novel yang paling kuat dalam menggambarkan perasaan trauma pasca-peristiwa besar dalam sejarah Indonesia. Melalui karya ini, Leila mengingatkan para pembaca akan era-era reformasi di tahun 1998 yang penuh akan kepahitan dan kekejaman bagi para pembela rakyat. Karya Leila yang satu ini merupakan historical fiction, namun kisah yang ia tulis berdasarkan pada fakta yang ada.

Dengan kisah kelam yang menceritakan tentang seorang pria bernama Laut, Leila mulai menulis novel ini dengan melakukan riset wawancara terlebih dahulu secara langsung pada korban yang berhasil kembali atau kerabat korban. Tidak hanya itu, sang penulis juga mengaku bahwa ia memerlukan penyelidikan mendalam terkait karakter dari tokoh-tokoh yang ada, tempat serta peristiwa yang sudah berlalu.

Baca Juga: 5 Daftar Buku Karya Daniel Kahneman: Ungkap Rahasia Pengambilan Keputusan Manusia

Dalam novel ini, diceritakan bahwa Laut beserta rekan-rekannya melaksanakan beberapa aksi atau gerakan untuk membela rakyat yang telah diambil haknya oleh pemerintah, salah satunya “Aksi Tanam Jagung Blangguan”. Akan tetapi, jauh sebelum mereka melakukan aksi tersebut, Laut bersama teman-temannya berdiskusi terlebih dahulu yang dikenal sebagai diskusi kwangju. Dari situlah, awal mula Laut dan rekan-rekannya mengetahui dan mengenal arti dari sebuah pengkhianatan.

Laut Bercerita karya Leila S. Chudori masih menjadi primadona pembaca sastra di Indonesia. Kali pertama dirilis tahun 2017 yang lalu, novel ini sudah mengalami beberapa kali cetak ulang dan masih menjadi novel best seller yang paling banyak dicari. Atensi publik yang haus bacaan bermutu, utamanya bernilai sejarah, menjadi alasan betapa larisnya novel ini di pasaran.

Namaku Alam

Namaku Alam adalah sebuah novel karya Leila S. Chudori yang terbit pada tahun 2023. Novel ini mengangkat tema tentang pencarian jati diri, keluarga, serta konflik sosial dan politik yang melingkupi kehidupan tokoh utamanya. 

Buku ini diterbitkan dengan latar belakang kehidupan pribadi seorang anak laki-laki dari tahanan politik bernama lengkap Segara Alam, Leila menuliskan kisahnya dengan bagaimana kehidupan pribadi yang dijalani Alam sebagai seorang anak dari Hananto Prawiro yang dieksekusi mati karena dianggap sebagai penghianat negara dimasa orde baru tepatnya pada tragedi G30S/PKI yang dikenal juga dengan tragedi September berdarah. Alam hidup dengan dibayang-bayangi masa lalu ayahnya, latar belakang keluarganya memberi tekanan dikehidupan Alam, utamanya pada masa sekolahnya. 

Alam berusaha memahami identitas dirinya dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian. Latar belakang keluarga yang kompleks dan peristiwa-peristiwa besar yang terjadi dalam sejarah Indonesia, khususnya yang terkait dengan politik dan sejarah sosial, berperan besar dalam membentuk pandangan hidup dan perjalanan batin Alam. Namaku Alam mengajak pembaca untuk merenung tentang pentingnya memahami diri sendiri dalam konteks hubungan dengan orang lain dan sejarah bangsa.

Baca Juga: 20 Negara yang Penduduknya Paling Rajin Baca Buku, Berapa Urutan Indonesia?

Melalui karya-karyanya yang selalu menjadi bacaan best seller di tiap gerai buku, Leila membuktikan dirinya sebagai seorang penulis yang berbakat dan mampu menggali tema-tema besar seperti sejarah, politik, keluarga, dan pencarian jati diri melalui karakter-karakter yang kompleks.

Gaya penulisannya yang puitis, menyentuh perasaan, dan penuh nuansa psikologis membuat karya-karyanya sangat kuat dan menggugah. Ia berhasil menciptakan kisah-kisah yang tidak hanya menggambarkan perasaan pribadi, tetapi juga melibatkan pembaca untuk merenung tentang isu-isu besar dalam negeri yang membuat pola pikir menjadi lebih luas. Dengan ciri khas tersebut, Leila S. Chudori telah menjadi salah satu penulis paling berpengaruh di Indonesia.