Harga beras premium di sejumlah daerah mengalami lonjakan signifikan, kenaikan harga beras tersebut disebabkan sejumlah faktor, salah satunya karena persediaannya yang terus menipis yang membuat beras jenis ini menjadi langka di pasar retail dan pasar modern yang berimbas pada kenaikan harga yang sangat drastis. 

Data data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, setidaknya sebanyak 214 kabupaten/kota yang terimbas kenaikan harga beras premium tersebut, dimana lonjakan harga itu mulai terjadi sejak minggu keempat Agustus 2025. 

Baca Juga: Nasib Keluarga Affan Kurniawan Pasca Tragedi Barracuda

Adapun  BPS mencatat harga beras di zona 1 mengalami kenaikan 1,05% dibandingkan Juli 2025. Harga beras untuk kualitas medium tercatat Rp 13.998/kg, naik dari Rp 13.853/kg. Sementara harga eceran tertinggi (HET) beras kualitas medium saat ini Rp 13.500/kg.

Bermula dari Kasus Beras Oplosan

Ketersedian beras premium sedikit demi sedikit mulai menyusut sejak bulan lalu ketika kasus beras oplosan mulai terungkap. Itu disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang menarik peredaran beras dinilai  tak layak jual karena di bawa mutu. 

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) telah mengkonfirmasi hal itu, bahkan asosiasi ini sempat diminta pemerintah untuk menarik kembali peredaran beras-beras yang ditengarai telah dioplos pihak tertentu. Setelah kasus beras oplosan mulai ditangani beberapa retail mulai menjual kembali stok beras yang tersisa, tetapi kendalanya, tak ada stok baru yang masuk sehingga persedian mereka menipis yang berimbas pada melambungnya harga jual. 

Meski begitu retail tak serta merta memodifikasi harga jual, Apindo sendiri menjual beras premium dengan standar harga yang ditentukan pemerintah. Dimana pemerintah melalui Bappenas menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras premium berada di angka Rp13.500 per kilogram untuk zona 1, Rp14.000 per kilogram untuk zona 2, dan Rp15.500 per kilogram untuk zona 3.

"Otomatis karena tidak ada barang baru yang masuk, makin lama makin menipis, menipis, bahkan mungkin habis," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin dilansir Olenka.id dari BBC Indonesia Kamis (4/9/2025).

Proses Produksi Terhenti

Sejumlah pakar ekonomi dan pengamat pertanian juga mengakui bahwa kasus beras oplosan bulan lalu menjadi salah satu biang kerok yang mengerek harga harga beras premium sekarang ini. Aksi bersih-bersih beras oplosan yang dilakukan pemerintah membuat persedian beras premium menyusut. 

Kendati aksi bersih-bersih beras oplosan baik bagi pemerintah, namun di sisi lain hal ini justru menjadi teror menakutkan bagi sejumlah pengusaha beras, apalagi ketika itu aparat menangkap banyak pengusaha yang dituding menjual beras palsu tersebut. Hal ini membuat pengusaha penggilingan padi tertekan dan ketakutan. Akibatnya, sebagian besar menghentikan produksi.

"Banyak (pengusaha) yang menghentikan produksi,” kata Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa. 

Baca Juga: Unjuk Rasa, Hoaks dan Upaya Mengadu Domba Prabowo dengan Keluarga Jokowi

Dari data yang ia kantongi, kata Andreas usaha penggilingan beras yang terpaksa menyetop produksi mereka untuk sementara waktu bahkan tembus hingga 40 persen dari keseluruhan pengusaha, hal ini yang membuat persediaan beras di pasaran  menipis. 

“Lebih dari 40% tutup dan itu sudah barang tentu berdampak pada beras di pasar. Di pasar retail modern, jelas stoknya menurun tajam. Ketika retail modern kosong, jadi semacam lingkaran setan. Harganya jadi naik,” ucapnya.