Siti Marfuah tidak seperti petani kelapa sawit lainnya di Sumatera Selatan. Memulai karier sebagai seorang bidan yang handal, Siti kemudian menjadi seorang penggiat peremajaan kelapa sawit pada tahun 2016 setelah menyaksikan dampak peremajaan terhadap kesejahteraan ekonomi masyarakat dan pemberdayaan perempuan. Selama delapan tahun berikutnya, Siti menjadi pemimpin visioner Koperasi Serba Usaha (KSU) Al-Faiz Mandiri dan telah berhasil menaikkan pendapatan serta mata pencaharian lebih dari 300 petani di Sumatra Selatan.
Siti dan KSU menghadapi tantangan yang luar biasa saat pertama kali menjalankan program ini. Mereka harus meyakinkan petani swadaya di Sumatera Selatan untuk meninggalkan praktik pertanian tradisional dan beralih ke praktik pertanian yang berorientasi pada hasil melalui praktik-praktik pertanian yang baik. Mereka juga harus mencari modal dan bantuan teknis untuk mengganti pohon kelapa sawit yang sudah tua dan tidak produktif dengan yang baru. Siti menyadari sejak awal bahwa tantangan-tantangan ini hanya dapat diatasi dengan mengadopsi pendekatan kolaboratif yang didasari oleh tujuan untuk memberi manfaat bagi masyarakat.
Pendekatan kolaboratif yang dicita-citakan oleh Siti membawa KSU ke tahap kemitraan strategis dengan Sinar Mas Agribusiness and Food melalui anak perusahaannya, PT Djuanda Sawit Lestari. Di bawah program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), lebih dari Rp150 miliar diinvestasikan untuk mendanai bibit dan pupuk di 1.315 hektar lahan pertanian. Pendanaan ini membantu petani swadaya untuk mengatasi tantangan dalam mengakses pinjaman yang lebih terjangkau melalui lembaga keuangan.
Baca Juga: Masyarakat Perkotaan Minim Literasi Sawit
Didorong oleh keyakinannya akan pemberdayaan perempuan, Siti memastikan bahwa perempuan di komunitasnya mendapatkan sarana untuk mandiri dengan bergabung dalam program ini. Dalam waktu tiga tahun sejak Siti bergabung dengan koperasi, lebih dari 100 perempuan, terutama dari desa sekitar Marga Sakti, Lubuk Pandan, dan Muara Lakitan, telah berpartisipasi aktif dalam program PSR. Partisipasi mereka tidak hanya menghasilkan kemandirian finansial, tetapi juga menumbuhkan semangat dan kebanggaan diri.
“Keputusan untuk beralih dari pekerjaan saya sebelumnya untuk mengelola perkebunan kelapa sawit merupakan keputusan yang saya ambil karena keinginan saya untuk membawa perubahan berkelanjutan bagi masyarakat sekitar. Saya melihat potensi program PSR tidak hanya untuk meremajakan perkebunan kami yang sudah menua, tetapi juga untuk meningkatkan kemampuan perempuan setempat untuk mencapai kondisi ekonomi yang lebih baik,” ujar Siti dalam rilis yang diterima Olenka seperti dikutip, Minggu (22/12/2024).