Jagat media sosial sempat heboh setelah seorang warganet membagikan kisah suksesnya membeli aset mobil di usia 25 tahun. Usut punya usut, hal itu bisa ia capai di usia muda berkat gaya hidup hemat yang kemudian populer dengan istilah frugal living.

Namun ibarat dua sisi mata uang, frugal living tak selalu diterima dengan positif oleh publik. Ada kalanya, frugal living disamakan dengan gaya hidup pelit dan serba perhitungan. Benarkah demikian? Cari tahu kebenarannya bersama Minka, ya, Growthmates!

Frugal Living

Melansir dari Collins Dictionary, istilah frugal living terdiri atas dua kata, yaitu frugal yang berarti hemat dan living yang berarti hidup. Secara sederhana, frugal living dapat dimaknai sebagai gaya hidup hemat dalam menggunakan uang.

Baca Juga: Jesse Choi Berbagi Soal Keunikan Teknologi Blockchain dan Tantangan Industri Kripto di Indonesia

Itulah mengapa, frugal living erat kaitannya dengan perencanaan keuangan. Ditilik dari sejarahnya, frugal living lahir dari sebuah gerakan di Amerika Serikat yang dikenal sebagai Financial Independence Retire Early (FIRE) pada tahun 1992 silam.

Melalui gerakan tersebut, muncul sebuah gagasan mengenai metode mencapai kemandirian finansial untuk masa pensiun. Salah satu upaya mencapai tujuan finansial tersebut ialah melalui gaya hidup hemat dalam mengelola keuangan (frugal living).

Konsep Frugal Living

Hidup hemat dalam konsep frugal living dapat dipahami sebagai cara seseorang menggunakan uang secara efektif dan ekonomis. Dengan begitu, penganut frugal living cenderung menggunakan uang mereka hanya untuk sesuatu yang penting.

Daisy Luther dalam buku The Ultimate Guide to Frugal Living mengatakan bahwa orang yang menerapkan frugal living tidak akan mengeluarkan uang lebih hanya untuk membeli barang yang sama. Bahkan ketika harus berbelanja, mereka akan mencari pilihan harga yang lebih murah untuk bisa berhemat.

Kendati demikian, frugal living tak serta-merta membuat penganutnya hidup menderita. Mereka tetap bisa menikmati hidup meski dengan cara berhemat dan tidak mengeluarkan uang terlalu banyak. Terlebih lagi, perilaku hemat tersebut dilandasi oleh adanya tujuan keuangan yang ingin dicapai di masa depan.

Frugal Living: Irit vs Pelit

Meski ada tujuan finansial yang ingin dicapai, frugal living tak harus dilakukan secara berlebihan. Sebab, hidup hemat yang dianjurkan dalam hal ini ialah lebih bijak dalam menggunakan uang sehingga lebih hemat atau irit, bukan justru berperilaku pelit bahkan untuk diri sendiri.

Deborah Taylor-Hough dalam buku Frugal Living for Dummies mengatakan bahwa frugal living adalah sebuah pilihan hidup. Ia menegaskan, frugal living berbeda dengan hidup miskin dan pelit.

Buku The Money Manual karya Tonya B. Rapley pun menyebutkan hal senada, yakni frugal living tidak sama dengan pelit. Sebab, makna hemat dalam kata frugal umumnya diikuti dengan kecermatan.

Dengan kata lain, implementasi konsep frugal living mengajarkan bahwa ada dua hal yang harus terpenuhi ketika ingin membelanjakan uang, yakni kebutuhan dan kemampuan. Gaya hidup hemat tak bisa dilakukan jika hanya memenuhi salah satu unsur saja.

Sebagai contoh, ketika seseorang ingin membeli gawai baru, hal itu harus dilakukan berdasarkan kebutuhan dan kemampuan finansial. Penganut frugal living akan berpikir kembali apakah dirinya benar-benar membutuhkan gawai baru dan apakah ada kecukupan finansial untuk merealisasikan hal tersebut.

Kebutuhan dan kemampuan tersebut menjadi dua hal yang akan membantu penganut frugal living untuk bisa menahan diri dan disiplin dalam membelanjakan uang. Hingga pada akhirnya, mereka dapat membedakan dengan jelas antara kebutuhan dan keinginan, termasuk untuk traveling atau hal-hal konsumtif lainnya.