Tokoh filantropis Indonesia Dato Sri Tahir berkomitmen untuk terus membantu masyarakat miskin di Indonesia dan sejumlah negara lain, tekad dan kemurahan hatinya itu yang kemudian menginspirasi Tahir membangun Mayapada Hospital, sebuah rumah sakit swasta dibawah naungan Mayapada Group yang kini telah tersebar di berbagai wilayah.
Lewat rumah sakit ini, Tahir merasa lebih lues membantu mereka yang membutuhkan, dia lebih banyak menjangkau kaum miskin yang benar-benar membutuhkan uluran tangannya. Bagi Tahir Mayapada Hospital adalah sarana untuk mewujudkan mimpinya sebagai seorang pemberi, seorang yang dengan sukarela merogoh koceknya untuk menolong sesama.
Baca Juga: Kupas Tuntas Rahasia Sukses Sederhana Bos Mayapada Dato Sri Tahir
“Mayapada Hospital memberi saya sarana untuk menyempurnakan mimpi saya untuk membantu orang sakit,” kata Tahir dilansir Olenka.id Jumat (2/5/2025).
Tahir adalah orang benar-benar teguh pada prinsipnya, niatan menolong sesama yang membutuhkan benar-benar ia buktikan, ketika Mayapada Hospital baru beroperasi ia langsung menyelenggarakan program pengobatan gratis.
Pengobatan tanpa biaya itu menyasar ratusan pengidap jantung, program itu mendarat mulus dan diterima dengan sangat antusias oleh masyarakat, di sini nama Tahir kembali melambung untuk kesekian kalinya karena kerendahan hatinya.
“Pada awal berdirinya rumah sakit ini, kami meluncurkan layanan kesehatan gratis bagi ratusan pasien penyakit jantung yang diterima dengan baik. Sungguh mengasyikkan,” tuturnya.
Konflik Internal
Meski berbagai proyek kemanusian itu berjalan mulus, namun dalam perjalanannya program itu pula yang memantik berbagai persoalan internal, Tahir tetap dengan kepala dingin membereskan masalah tersebut.
Program pengobatan cuma-cuma itu memang secepat kilat tersohor ke berbagai penjuru, ini membuat jumlah pasien terus bertambah setiap saat hal ini pula oleh manajemen Rumah Sakit Mayapada dianggap sebagai sebuah masalah yang mana anggapan tersebut jelas bertentangan dengan cita-cita Tahir yang ingin membantu sebanyak-banyaknya orang yang membutuhkan.
Mereka keberatan dengan proyek kemanusiaan yang menyebabkan pasien-pasien berbondong-bondong datang. Menurut mereka, hal itu berpotensi merusak pencatatan arus kas dan membahayakan laporan keuangan rumah sakit.
Manajemen rumah sakit yang profesional tidak akan pernah bisa bekerja dengan baik jika terjadi pelanggaran prosedur pembayaran seperti itu.
“Mereka tidak keberatan dengan kegiatan kemanusiaan saya, tetapi seharusnya tidak langsung dilakukan oleh pihak rumah sakit,” ujarnya.
Menyadari hal tersebut bisa menjadi boomerang, Tahir dan pihak manajemen Mayapada Hospital kemudian duduk bareng untuk mencari jalan keluarnya. Solusi jitu pun ditemukan, dimana pihak rumah sakit mulai melibatkan Tahir Foundation sebuah yayasan amal milik Tahir yang telah lama beroperasi dalam berbagai misi kemanusian.
“Akhirnya ditemukan solusi. Semua pasien yang menerima bantuan saya melakukan pembayaran sesuai prosedur yang berlaku di Mayapada Hospital, tetapi sebenarnya yang membayar adalah Tahir Foundation,” ucapnya.
“Dengan demikian, sistem pencatatan arus kas tetap berjalan. Dari pengalaman ini saya belajar bahwa kegiatan bisnis harus dilakukan dengan cara bisnis, sedangkan kegiatan amal harus dilakukan dengan cara yang berbeda. Keduanya tidak dapat dicampuradukkan, setidaknya dari sudut pandang manajemen,” tambahnya.
Menggandeng Bill Gates Foundation
Meski sukses membagun yayasan amal dan rumah sakit namun Tahir tak benar-benar puas, berbagai misi kemanusian dan kebaikan yang ia tebar dirasa masih kurang, Tahir benar-benar haus, itu adalah dahaga yang mesti dipuaskan.
Baca Juga: Niat Mulia Dato Sri Tahir dalam Misi Kemanusiaan
Itu sebabnya Tahir memberanikan diri menggandeng Bill Gates Foundation, sebuah yayasan internasional yang sudah membantu ribuan orang miskin di dunia terutama di kawasan Asia dan Afrika.