Managing Director and Country Head A&M, Indonesia, Alessandro Gazzini (Alex), menjelaskan, selain sektor Pertambangan Logam & Non-Batubara, Ritel & Transportasi, dan Infrastruktur & Konstruksi yang paling terpapar, sektor Barang Konsumsi dan Bahan Kimia & Material menunjukkan tren memburuk yang mengkhawatirkan dalam hal tekanan selama dua tahun terakhir. Sebaliknya, sektor Pertanian, Pertambangan Batu Bara dan Energi, Komunikasi dan TI, serta Kesehatan mencatat tingkat tekanan yang rendah dengan tren pemulihan yang signifikan.

Seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia, langkah-langkah penanganan Covid-19 yang diberikan oleh pemerintah akan dihapuskan secara bertahap, hal ini menandai dimulainya lanskap ekonomi pasca-Covid. Faktor pendukung yang membantu mempertahankan keuntungan dalam lingkungan inflasi–seperti permintaan yang tertahan pascapandemi dan mekanisme biaya pass-through–secara bertahap berkurang untuk beberapa sektor.

"Hal ini menekankan pentingnya strategi bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk segera meningkatkan kesehatan keuangan dan keuntungan operasional dalam menghadapi situasi yang kompleks saat ini," tegas Alex.

Dia menekankan, laporan yang mereka sampaikan berperan sebagai pengingat untuk mendorong adanya tindakan segera guna meningkatkan kinerja keuangan dan meningkatkan efisiensi operasional. "Laporan ini menekankan perlunya tindakan proaktif, dan A&M siap membantu perusahaan-perusahaan dalam menghadapi situasi yang sulit ini dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan," terangnya.

Laporan ADA menilai kinerja keuangan 360 emiten di Indonesia yang memiliki pendapatan tahunan lebih dari USD50 juta di 11 sektor industri. Indikator yang digunakan dalam indeks ADA adalah 17 indikator kinerja utama (KPI) untuk menilai ketahanan neraca keuangan dan pendapatan perusahaan, mengidentifikasi perusahaan-perusahaan yang sedang atau akan mengalami tekanan keuangan. Laporan ini juga membahas prospek kondisi keuangan perusahaan pada tahun 2024 dan seterusnya.