Pada tahun 1979, Wonowidjojo merenovasi sepenuhnya sistem produksi Gudang Garam, memesan tiga puluh mesin pelinting, dan mengembangkan formula baru untuk rokok kretek buatan mesinnya.
Surya memimpin perusahaan ini hingga ia menutup mata pada tahun 1984. Setelah meninggal, roda kepemimpinan perusahaan diambil alih oleh Tjoa To Hing atau Rachman Halim yang merupakan kakak dari Susilo Wonowidjojo, Presiden Direktur Gudang Garam Tbk saat ini. Kemudian di tahun 2000, kendali perusahaan diserahkan kepada putra Wonowidjojo, yaitu Susilo Wonowidjojo, yang kemudian menjadi orang terkaya di Indonesia.
Baca Juga: Kisah Sukses Bonavie, Parfum Lokal yang Merasakan Peningkatan Bisnis Berkat Fitur Live Shoping
Pada awal tahun 2000-an, Gudang Garam mulai melakukan ekspansi ke pasar internasional. Dengan kualitas produk yang telah diakui di dalam negeri, Gudang Garam mulai menembus pasar ekspor ke berbagai negara di Asia, Eropa, dan Amerika. Hal ini semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu pemain besar di industri rokok global.
Mengutip data dari Forbes, hingga kini, Gudang Garam mulai mengoperasikan Bandara Internasional Dhoho pada April 2024, dan memulai pembangunan jalan tol yang menghubungkan bandara tersebut dengan Kediri, sebuah kota di Jawa, pada Oktober 2024.
Saat ini, Gudang Garam terus berinovasi dan mengembangkan produknya. Di tengah berbagai kebijakan pemerintah yang lebih ketat, Gudang Garam tetap berusaha beradaptasi dengan berbagai kebijakan tersebut. Perusahaan ini juga berupaya meningkatkan keberlanjutan dengan fokus pada pengelolaan lingkungan dan tanggung jawab sosial perusahaan.