Mendiang Ibunda Dato Sri Tahir, Lina Sindawaty pernah menjalani beratnya kehidupan. Semasa hidupnya, ia pernah menjalani satu kisah menyedihkan, yakni saat ditinggal meninggal dunia oleh suami tercintanya Ang Boen Ing tepatnya pada Juni 1983.
Lina Sindawaty dikenal sebagai sosok yang energik, selalu semangat, dan mandiri. Namun, sesaat setelah kekasih hatinya berpulang, Lina seakan hidup tanpa bertenaga. Perubahan sang Ibunda itu diceritakan oleh Dato Sri Tahir melalui buku karya Alberthiene Endah yang bertajuk Living Sacrifice.
"Saya melihat semangat kerja Mama mulai menurun, mungkin karena Papa meninggal dunia. Pagi harinya, saya melihat Mama sudah tidak bersemangat lagi untuk segera keluar rumah dan pergi berdagang," ungkap Tahir.
Setelah kepergian sang Ayah, pendiri Mayapada Group itu mengambil peran untuk menjaga sang Ibunda. Pasalnya, kedua kakaknya sering berpergian keluar negeri untuk membeli barang yang akan diperjualbelikan di toko miliknya.
"Secara praktis, Mama menjadi tanggung jawab saya. Ia tampak kehilangan semangatnya setelah Papa meninggal," tukas Tahir.
Baca Juga: Kisah Kepergian Ayah Dato Sri Tahir
Melihat perubahan sikap sumber semangatnya itu membuat Tahir patah hati. Pasalnya, sang Ibunda menjadi panutannya dalam berjuang melawan pertempuran hidup.
"Saya sedih melihat itu. Dia selalu menjadi guru saya dalam hal ketahanan. Dia menjadi contoh keberanian dan kegigihan. Sayangnya, setiap orang memiliki batas kekuatannya sendiri. Papa adalah sumber energi Mama," beber Tahir.
"Dia adalah separuh jiwanya. Tanpa Papa di sisinya, Mama kehilangan keseimbangan," lanjutnya.
Melihat rasa kehilangan yang mendalam dari Ibunya, membuat Tahir belajar tentang kekuatan cinta. Perjuangan yang dilakukan wanita kebanggaannya itu adalah tanda cinta yang besar untuk sang Ayahanda.
"Dia bekerja keras untuk menjadi mitra yang cemerlang bagi Papa dalam membesarkan keluarga," ungkapnya.
Hari demi hari, kesedihan Lina Sindawaty semakin menjadi-jadi. Selama bulan-bulan pertama pasca kepulangan suaminya, membuat ia begitu tertekan.
Baca Juga: Filosofi Kehidupan Dato Sri Tahir: Bangun Kekuatan dari Dalam Diri Sendiri, Berjuanglah untuk Itu!
"Ia menghabiskan hari-harinya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia tampak mencari sesuatu dalam kesunyiannya," jelas Tahir.
Melihat kondisi itu, membuat Tahir memutuskan untuk membawa Ibunya ke Jakarta. Singkat cerita, kondisi Ibunya mulai membaik. Ia kembali menjadi sosok wanita yang dinamis, meskipun daya juangnya tak sebesar dahulu saat masih berdua.
"Akhirnya mama pindah ke Jakarta. Aku membangunkan rumah yang bagus untuknya, tepat di belakang rumahku. Mama masih orang yang mandiri," kata Tahir.
Walaupun sudah hidup sendiri tanpa teman hidupnya, Lina tetap bersikukuh untuk tidak mau tinggal bersama anak-anaknya. Ia memilih hidup sendiri dan bersikeras menjalankan bisnisnya.
"Aku menghargai prinsipnya. Dia juga bersikeras menjalankan bisnisnya meskipun dia mulai mudah lelah. Aku bilang padanya, 'kalau suatu saat kamu ingin bergabung dengan bisnisku, silakan Ma. Kapan saja. Aku siap," tutupnya.