Ada banyak kesempatan untuk mengubah hidup menjadi lebih baik. Yang miskin saja bisa menjadi kaya raya, berkat segala usaha dan sikapnya yang tak pernah pantang menyerah. Sebagaimana yang pernah dialami oleh salah satu miliarder ternama, Chris Gardner

Dibalik kesuksesan seorang Chris Gardner, mungkin tak banyak yang menyangka, dulu ia pernah hidup menjadi seorang tunawisma. Seperti apa kisah inspiratifnya? Simak terus artikel berikut ya!

Mengutip dari laman BBC, di usia muda, Gardner menghabiskan waktu selama empat tahun di Angkatan Laut AS. Hingga akhirnya, Gardner memutuskan pindah ke San Fransisco dan bekerja sebagai penjual alat kesehatan.

Kisah memilukan pun terjadi saat Gardner berusia 27 tahun pada 1980-an. Masih menetap di San Fransisco, tetapi hal buruk terjadi pada Gardner. Di mana, ia terpaksa hidup menjadi seorang tunawisma. Tidak sendiri, Gardner hidup di jalanan bersama bayinya, Chris Jr.

Gardner yang sudah pisah dengan istrinya, tidak memiliki uang cukup untuk menyewa apartemen. Meski saat itu sudah bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan pialang, Gardner hidup di bawah garis kemiskinan.

Saat masih menjadi tunawisma, Gardner dan sang bayi terus tidur berpindah tempat di mana pun yang memungkinkan untuk mereka beristirahat. Mulai dari toilet stasiun kereta api, taman, penampungan gereja, hingga di kolong meja tempat kerjanya.

Sehari-hari, Gardner dan sang anak mengandalkan makan dari dapur umum. Gardner juga kerap menitipkan sang putra ke tempat penitipan anak dengan uang seadanya agar bisa leluasa saat bekerja.

Baca Juga: Jadi Orang Terkaya di Indonesia, Begini Cara Dato Sri Tahir Menikmati Hidup

Baca Juga: Wawancara Eksklusif: Variabel Penting Dalam Mencapai Kesuksesan dari Kacamata Dato Sri Tahir

Hidup di bawah garis kemiskinan, tidak membuat Gardner mudah putus asa. Ia selalu ulet dalam bekerja, hingga pada suatu waktu mengalami kemajuan pesat dalam pekerjaannya.

Hidup Gardner sedikit mulai ada perubahan setelah diangkat sebagai karyawan usai menyelesaikan masa magangnya di perusahaan Dean Witter Reynolds (DWR). Hingga akhirnya, Gardner memiliki penghasilan yang cukup dan mampu menyewa rumah untuknya dan sang putra.

Sejak saat itu, karier Gardner juga ikut melesat. Sampai-sampai, ia berhasil mendirikan sebuah perusahaan investasi yang diberi nama Gardner Rich &Co.

Gardner Rich & Co bermula dibangun di sebuah apartemen kecil yang bermodalkan perabotan sederhana. Perusahaan yang didirikan Gardner bergerak di bidang penanganan utang-piutang, ekuitas dan transaksi berbagai produk-produk ekonomi lainnya. 

Berkat kerja kerasnya, Gardner pun berhasil mengembangkan perusahaan miliknya hingga akhirnya menjual kepemilikan sahamnya di perusahaan pada 2006 silam. 

Saat usianya menginjak 62 tahun, kekayaan Gardner begitu melimpah. Sekitar USD 60 juta atau lebih dari Rp800 miliar, harta kekayaan yang dimiliki seorang mantan tunawisma. 

Kini, Gardner tengah menikmati usaha dan kerja kerasnya selama ini sampai bisa keliling dunia sebagai seorang motivator. Bukan hanya itu, ia juga tercatat sebagai donatur dan mensponsori sejumlah badan amal untuk para tunawisma, serta organisasi-organisasi yang menentang kekerasan terhadap perempuan.

Perjalanan hidup Gardner ternyata menjadi inspirasi bagi banyak orang. Sampai-sampai, kisah pelik hidupnya pun diangkat menjadi sebuah film. Film dengan judul The Pursuit of Happyness dirilis pada 2006 silam, dan Will Smith dinominasikan sebagai Aktor Terbaik Oscar untuk perannya sebagai Gardner dalam film tersebut.

"Saya melewati penderitaan sebagai seorang anak jadi saya tidak ingin anak-anak saya mengalaminya," kata Gardner kepada BBC. "Saya membuat keputusan saat saya berusia lima tahun, sehingga anak-anak saya akan tahu siapa ayah mereka.”

"Saya meraih keberhasilan sesudahnya, karena saya membuat keputusan tepat,” imbuh Gardner.