Pemerintah Indonesia berhasil membebaskan Pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Mehrtens yang sudah 19 bulan ditawan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua.
Pilot berpaspor Selandia Baru itu akhirnya dilepas KKB pada Sabtu (21/9/2024).Ia dijemput tim gabungan di Kampung Yaguru, Distrik Maibarok, Kabupaten Nduga, Phillip lalu diterbangkan ke Jakarta menggunakan pesawat TNI AU.
Presiden Joko Widodo mengatakan pembebasan Philip Mark Mehrtens memakan waktu yang cukup lama, sejak ditawan pada 7 Februari 2023 pemerintah dan pihak KKB memang langsung bernegosiasi.
Baca Juga: Daftar Perusahaan Asing yang Sudah dan Belum Diakuisisi Selama Era Kepemimpinan Jokowi
Namun perundingan kedua bela pihak acap kali berujung buntu. Tetapi belakangan KKB mulai melunak dan bersedia melepaskan tawanan mereka. Hebatnya kata Jokowi proses negosiasi itu sama sekali tak menggunakan kekerasan ataupun ancaman.
"Ini melalui proses negosiasi yang sangat panjang dan kesabaran kita untuk tidak melakukan tindakan represif," kata Jokowi dilansir Senin (22/9/2023).
Kepala Negara mengatakan, proses negosiasi panjang yang memakan waktu hingga setahun lebih itu memang butuh kesabaran. Dia mengapresiasi TNI-Polri yang tetap memprioritaskan keselamatan korban dengan menahan diri tak melakukan tindakan represif.
“Saya sangat mengapresiasi," ucapnya.
Tanpa Tembusan
Di awal-awal proses negosiasi pembebasan Philip Mark Mehrtens, pihak KBB sempat mengajukan sejumlah permintaan sebagai tebusan salah satunya adalah meminta uang tunai Rp5 miliar. Namun apapun permintaan mereka, pemerintah tak pernah mengamininya.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Hadi Tjahjanto, menegaskan, Kelompok Kriminal pimpinan Egianus Kogoya itu akhirnya melunak setelah pemerintah mulai melakukan pendekatan persuasif. Mereka kemudian bersedia membebaskan Philip Mark Mehrtens tanpa tebusan apapun.
Baca Juga: Gerindra Minta Masukan Anies Baswedan untuk Ridwan Kamil Terkait Pembangunan Jakarta
"Kami hanya melakukan pendekatan persuasif," kata Hadi.
Libatkan Tokoh Masyarakat dan Gereja
Salah satu faktor yang membuat proses negosiasi itu berhasil adalah kecerdasan Satgas Operasi Damai Cartenz yang terdiri dari TNI-Polri yang melibatkan banyak pihak dalam proses negosiasi tersebut.
Untuk melunakan hati para kelompok kriminal yang terkenal kejam dan sadis itu, tim gabungan menggandeng tokoh masyarakat serta melibatkan gereja. Harus diakui gerombolan penjahat di Papua itu memang kerap kali menyerah di tangan tokoh-tokoh adat dan pemuka agama ketimbang mendengarkan aparat.
“Dalam proses negosiasi saya perlu sampaikan bahwa keterlibatan tokoh adat, keterlibatan tokoh masyarakat, keterlibatan gereja. Semua sangat mempengaruhi dalam proses pembebasan ini," ujar Menko Hadi.
Philip Mark Mehrtens Sempat Terkena Asma
Selama menjadi tawanan KKB Philip Mark Mehrtens sempat terjangkit asma, beruntung kondisi itu bisa diatasinya walau tanpa bantuan tenaga medis.
Meski demikian, Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz 2024 AKBP Bayu Suseno menyebut, saat dibebaskan keadaan Philip Mark Mehrtens dalam kondisi prima. Ia baik-baik saja, psikologinya juga stabil.
"Secara umum pilot Philip dalam keadaan sehat. Walaupun beberapa waktu lalu pilot Philip mengalami sakit asma. Namun saat ini kondisinya sudah membaik," ungkap Bayu.