Meski begitu, Tahir mengaku ia tak mempermasalahkan hal itu lagi. Yang penting baginya adalah bagaimana ia dapat menyelesaikan misinya sendiri yang ia tuangkan lewat buku biografinya ini.
“Saya sangat berkewajiban untuk menyebarkan semangat kemajuan kepada sebanyak mungkin orang di negara saya. Saya ingin membuat mereka percaya pada perjuangan,” tegas Tahir.
“Saya pun ingin melihat mereka mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa bukan hanya Tahir yang layak jadi kaya, tapi mereka juga,” sambung Tahir.
Lebih lanjut, Tahir pun mengungkapkan bahwa terkadang kesuksesan membuat dirinya merasa tidak nyaman. Ia justru kerap merasa aneh.
Pasalnya, tak sedikit orang yang ketika bertemu dirinya langsung menundukkan kepala, serta mengundang dirinya ke acara megah dan memastikan dirinya duduk di barisan depan bersama orang-orang terhormat.
“Dunia seakan memanjakan saya. Syaratnya tetap, asal saya tetap sukses,” ujar Tahir.
Tahir mengatakan, dengan kondisi yang dialaminya tersebut, orang-orang justru dengan mudah berasumsi bahwa dirinya seharusnya sangat senang dan menikmati kesuksesan. Namun menurutnya, asumsi tersebut sepenuhnya salah.
Ia tentu merasa bersyukur dan senang atas perhatian yang diberikan orang-orang kepadanya, namun di sisi lain Tahir merasa sedih dengan kenyataaan bahwa kekayaan memang mengubah orang.
“Saya heran, mengapa simpati dan rasa hormat baru datang kepada saya Ketika saya sudah kaya dan mencapai puncak prestasi. Dengan segala cara saya sungguh bersyukur atas berkat yang saya miliki. Namun, pada saat yang sama, saya merasa tidak nyaman,” tandas Tahir.
Baca Juga: Dato Sri Tahir Terima Penghargaan Star of Merit dari Presiden Palestina