Growthmates, apa kamu pernah membayangkan ide-ide cemerlang, tetapi banyak orang di sekitar yang masih ragu dengan keahlianmu? Kalau iya, kamu perlu tahu kisah Ciputra saat memulai proyek perumahan di Cengkareng pada tahun 1980-an.

Saat ini, kawasan Cengkareng dikenal sebagai salah satu lokasi strategis di Jakarta Barat. Namun, siapa sangka zaman dahulu Cengkareng merupakan  tempat yang dianggap terlalu jauh, terpencil, dan tak menjanjikan secara bisnis.

Pada awal 1980-an, Ciputra sudah melihat potensi besar di Cengkareng. Meski timnya ragu dan masyarakat belum percaya kawasan ini layak dijadikan tempat tinggal, ia tetap teguh pada visinya. 

“Akan ada tol, akan ada bandara. Cengkareng tidak akan selamanya terpencil,” katanya penuh keyakinan.

Prediksi itu pun menjadi kenyataan. Jalan tol Prof. Dr. Sedyatmo dibangun, dan Bandara Soekarno-Hatta berdiri megah tak jauh dari sana. Proyek yang awalnya dipandang skeptis ini kini menjelma menjadi Citra Garden City, kawasan perumahan prestisius yang terus berkembang.

Berani Berinovasi

Satu hal yang membuat proyek ini menonjol, yakni Ciputra tidak mau rumah murah identik dengan desain seadanya. Bersama timnya, ia merancang rumah mungil yang artistik, fungsional, dan nyaman.

Berkat konsistensi, kejujuran, dan promosi dari mulut ke mulut, perlahan masyarakat mulai datang. Satu rumah terjual, lalu dua, lalu puluhan, hingga akhirnya nama Citra Garden mulai jadi pembicaraan hangat.

Punya Tim yang Mau Gotong Royong

Uniknya, Ciputra tidak hanya membangun properti, tetapi juga membangun tim muda penuh semangat. Saat itu, kantornya hanya di rumah contoh yang disulap jadi ruang kerja kecil, tetapi mereka mau bekerja keras tanpa kenal lelah dan bergotong royong. Ciputra pun mampu menjadi mentor sekaligus “ayah” untuk timnya.

Baca Juga: Kisah di Balik Keputusan Ciputra Meminta Anak-anaknya Merintis dari Nol dan Tak Langsung Mewarisi Konglomerasi

“Saya gembleng mereka tanpa dimanja. Tapi saya juga beri perhatian penuh,” kenangnya. 

Salah satu cerita inspiratif datang dari Antonius Tanan, manajer marketing yang diperintahkan Ciputra mengembalikan potongan harga pada pembeli rumah yang sebenarnya berhak mendapat diskon, meski si pembeli sendiri tak mengetahuinya. 

"Integritas itu harga mati," pesan Ciputra saat itu.