Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, hadir dalam peresmian pabrik bahan anoda baterai lithium PT Indonesia BTR New Energy Material di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal pada Rabu, 7 Agustus 2024. Prosesi tersebut membuktikan komitmen Pemerintah Indonesia pada kebijakan hilirisasi.
Melihat tingginya pasar kendaraan listrik (EV) di dunia, Indonesia siap menjadi bagian penting dari rantai pasok untuk baterai lithium, sekaligus membangun ekosistem kendaraan listrik (EV) yang terintegrasi.
"Rencana yang sudah kita putuskan beberapa tahun yang lalu untuk membangun sebuah ekosistem besar kendaraan listrik satu per satu mulai kelihatan nyata dan betul betul sudah ada di negara Indonesia," ujar Jokowi, dikutip dari keterangan tertulis yang diterima di Jakarta.
Pendirian pabrik PT Indonesia BTR New Energi di KEK Kendal memiliki nilai invetasi mencapai Rp3,2 triliun dan diperkirakan akan menyerap tenaga kerja hingga 7.800 orang. Pada tahap I, PT Indonesia BTR New Energi akan menghasilkan anoda baterai dengan kaspasitas 80.000 ton per tahun, terdiri dari 30.000 ton/tahun artificial graphite anode dan 50.000 ton/tahun natural graphite anode. Produksi ini ditargetkan akan meningkat menjadi 160.000 ton per tahun di tahun 2025.
Menurut Jokowi, jumlah produksi yang cukup besar tersebut membuka peluang bangsa Indonesia untuk menjadi pemasok terbesar baik EV baterai maupun kendaraan listriknya. "Saya sangat senang bahwa di PT BTR ini sudah bisa memproduksi 80.000 ton material anoda per tahunnya. Kalau dijadikan ke mobil, ini akan menjadi satu setengah juta mobil listrik sangat besar," ucapnya.
Hasil dari produksi akan didistribusikan untuk pasar internasional, salah satunya untuk perusahaan baterai mobil listrik di Amerika Serikat seperti Tesla yang 90% baterainya menggunakan produk BTR, serta baterai untuk produk consumer goods ke negara Eropa, Jepang, Korea seperti Samsung, LG, SK Group Korea, Panasonic, dan Murata manufacturing.
Jokowi berharap, "Kalau nanti terintegrasi semuanya dan menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi, kita akan menjadi pemasok masuk ke global supply chains."
Fasilitas dan Kemudahan KEK Dorong Optimalisasi Kegiatan Usaha
Pembangunan PT Indonesia BTR New Energy di Indonesia lebih cepat dibandingkan dengan negara asalnya, yaitu Tiongkok karena fasilitas dan kemudahan ultimate di KEK. Pembangunan pabrik tahap pertama di KEK Kendal diselesaikan dalam waktu 10 bulan, sedangkan di Tiongkok memerlukan waktu 1 (satu) tahun.
Kesuksesan ini terwujud dengan adanya pelayanan perizinan dan insentif fiskal berupa masterlist yang diterbitkan oleh Administrator KEK, serta dukungan oleh LNSW dan Ditjen Bea Cukai. Selain itu, sebagai pelaku usaha di KEK Kendal, PT Indonesia BTR New Energy telah mengajukan fasilitas tax holiday selama 20 tahun.
Baca Juga: Hubungan Jokowi-Megawati Tetap Harmonis
"Salah satu yang industri tercepat, 10 bulan, tidak ada lagi termasuk di China pun tidak ada satu pabrik yang dibangun dalam waktu 10 bulan," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, selaku Ketua Dewan Nasional KEK pada laporannya.
KEK Kendal telah berhasil menghadirkan 105 Pelaku Usaha dan telah merealisasikan investasi secara kumulatif sebesar Rp55 triliun, serta menyerap tenaga kerja sebanyak lebih dari 49 ribu orang hingga Juni 2024. Menko Airlangga menambahkan bahwa salah satu pelaku usaha di KEK Kendal adalah Fortune 500 Company dan serapan tenaga kerja di KEK Kendal cukup banyak. Dengan begitu, dapat dikatakan KEK Kendal adalah investasi labour intensive.
Kehadiran KEK Kendal juga memberikan dampak positif pada perekonomian regional. "Kehadiran KEK Kendal memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan di Kendal 42% dan per kapita income di Kendal sudah 52 juta per tahun dengan pertumbuhan 8%," pungkas Menko Airlangga.
Saat ini telah terdapat 22 KEK yang ditetapkan di seluruh wilayah Indonesia. Capaian kumulatif hingga Semester I Tahun 2024 untuk investasi sebesar Rp205,2 triliun dan tenaga kerja sebanyak 132.227 orang.