Airlangga Hartarto mendadak mundur dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar, keputusan itu bikin geger perpolitikan nasional. Airlangga telah menandatangani surat pengunduran dirinya pada Sabtu (10/8/2024) malam. 

Pengunduran diri Airlangga telah dikonfirmasi sejumlah elite partai Golkar, hanya saja  yang bersangkutan belum memberikan pernyataan resmi ke publik setelah kabar itu mengemuka.  Sampai sekarang publik tak mengetahui secara pasti alasan di balik pengunduran diri yang mendadak itu.  Tetapi yang jelas Airlangga memilih hengkang di tengah isu Musyawarah Nasional Luar Biasa pemilihan Ketua Umum Golkar. 

Tak Ada Keretakan di Internal Golkar 

Waketum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia memastikan internal Golkar baik-baik saja, tak ada gejolak apalagi desakan dari para kader yang meminta Airlangga menyerahkan tampuk kekuasaannya kepada pemimpin baru. 

Doli bilang pengunduran diri Airlangga adalah keputusan pribadi tanpa adanya desakan dari internal partai atau desakan dari kekuatan-kekuatan di luar Golkar. Dia memastikan internal Golkar solid. 

Baca Juga: Polemik Istana Garuda IKN: Warna Gelap, Aura Mistis dan Ruangan Melayang di Antara Tebing 30 Meter

"Nggak (retak). Saya kira kita apa namanya ya, selama ini solid. Selama ini semua roda organisasi berjalan dengan baik," kata Doli dilansir Olenka.id Senin (12/8/2024). 

Mundurnya Airlangga dari kursi Ketum Golkar meninggalkan tanda tanya besar dalam benak publik, ketidakjelasan alasan memilih hengkang bikin publik berspekulasi, banyak diantara mereka yang beranggapan ada kekuatan besar di balik mundurnya sang ketua umum, kekuatan itu yang ingin mengendalikan Golkar sepenuhnya.  

Doli sendiri dengan tegas membantah hal itu, Airlangga disebutnya secara sukarela menyerahkan jabatan ketum Golkar, ada banyak alasan yang bikin dirinya memilih menyudahi masa kepemimpinannya di partai politik berlambang Pohon Beringin itu, salah satunya  adalah untuk menjaga soliditas partai Golkar dalam transisi pemerintahan Joko Widodo - Ma'ruf Amin ke pemerintahan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka. 

Alasan lain di balik mundurnya Airlangga lanjut Doli karena yang bersangkutan ingin berkonsentrasi pada jabatan Menko Perekonomian, jabatan itu tetap ia emban di masa pemerintahan Prabowo-Gibran. 

"Untuk tetap menjaga itu dan konsentrasi tadi, menjaga konsentrasi supaya Ketua Umum lebih fokus pada tugas dan tanggung jawab Menko Perekonomian. Maka justru dia mengundurkan diri. Supaya jalannya organisasi ini tidak terganggu," ucapnya. 

Menjadi Menko Perekonomian di pemerintahan Prabowo-Gibran, Airlangga kata Doli memang harus lebih berkonsentrasi, ada banyak program yang mesti disiapkan pada pemerintahan baru. 

Baca Juga: Hadir di KEK Kendal, Jokowi Resmikan Pabrik Anoda Baterai Lithium Terbesar Kedua di Dunia

"Ketum kami itu sebagai Menko Perekonomian sepertinya lebih dibutuhkan di kabinet untuk mengantarkan masa transisi pemerintahan. Karena banyak sekali program-program disiapkan sebagai program lanjutan untuk menjaga kesinambungan visi misi program 2 periode Jokowi-Ma'ruf Amin dan kemudian ke depan pak Prabowo dan pak Gibran," tuturnya. 

Alasan lainnya yang melatarbelakangi mundurnya Airlangga lanjut Doli karena yang bersangkutan ingin memastikan program nasional seperti Pilkada mendatang berjalan lancar.

"Iya justru untuk menjaga itu semua supaya agenda agenda partai Golkar, agenda nasional termasuk Pilkada supaya lebih smooth lebih terjaga. Maka Ketum kami dengan ikhlas dengan suka rela menyatakan mundur dari ketua umum partai Golkar," tuturnya.

Bahlil Jadi Kandidat Terkuat Gantikan Posisi Airlangga 

Di tengah hiruk pikuk politik di balik pengunduran diri Airlangga, muncul sejumlah nama yang diproyeksikan sebagai kandidat ketua umum Golkar, sedikitnya ada tiga nama yang muncul yakini Bahlil Lahadalia, Bambang Soesatyo, dan Agus Gumiwang Kartasasmita. 

Dari ketiga nama itu, nama pertama disebut-sebut menjadi kandidat paling kuat ketimbang  dua kandidat lainnya. Menteri Investasi itu disebut punya kans lebih besar dari pada dua rekannya karena berbagai alasan. 

Sejumlah pihak menilai, Bahlil pantas menjadi ketum Golkar, dia memenuhi syarat untuk memimpin partai tersebut karena segudang pengalamannya di organisasi dan Golkar. Secara AD/ART juga memenuhi syarat, ditambah lagi Bahlil termasuk golongan politisi muda. 

Baca Juga: Jalan Berliku Anies Baswedan Menuju Pilkada Jakarta

Spekulasi mengenai kans Bahlil menjadi Ketum Golkar semakin menguat setelah muncul foto dirinya yang ternyata diam-diam telah menemui Presiden Joko Widodo dan pentolan Golkar Jusuf Kalla beberapa saat setelah Airlangga menyatakan mundur. 

Sejauh ini Bahlil belum memberi pernyataan apapun kepada media terkait foto dirinya bertemu Jokowi dan JK yang saat ini ramai dibicarakan publik.