Dato Sri Tahir, saat ini sosoknya dikenal sebagai seorang pengusaha, investor, sekaligus filantropis ternama di Indonesia. Bukan hanya itu, per September 2024 ini menurut Forbes, pendiri Mayapada Group ini menjadi salah satu orang terkaya di Tanah Air dengan total kekayaan mencapai $5,4 miliar atau sekitar Rp83,4 triliun.
Menjadi orang terkaya di Indonesia, pria yang memiliki nama asli Ang Tjoen Ming yang lahir di Surabaya, 26 Maret 1952 ini nyatanya memiliki filosofis bisnis yang luar biasa. Hal tersebut pun ia ceritakan dalam buku karya Alberthiene Endah yang bertajuk Living Sacrifice.
Dalam buku biografinya itu, Tahir pun menceritakan bahwa dirinya sama sekali tidak mempunyai bayangan menjadi seorang oportunis yang mengharapkan bagian bisnis sang mertua, yang tak lain adalah taipan Lippo Group, Mochtar Riady.
Menurutnya, orang tuanya sendiri telah mengajarkannya tentang harga diri dan kerja keras, serta tentang betapa tidak tahu malunya jika kita bergantung pada orang lain.
Lantas, seperti apa filosofi bisnis yang dianut Tahir, yang berhasil mengubahnya dari sosok ‘melarat’ menjadi konglomerat? Berikut Olenka ulas kisahnya.
Baca Juga: Dato Sri Tahir: Pemerintahan Jokowi Sukses Hadapi Pandemi Covid-19
Tak Diberi Privilege oleh Sang Mertua
Kekayaan dan pencapaian Tahir saat ini adalah buah kerja kerasnya sejak dulu. Tahir dikenal sebagai pengusaha yang tidak mudah menyerah. Berasal dari keluarga yang kurang berada, mental Tahir pun ditempa dalam membangun bisnis.
Tahir bilang, meski dirinya menjadi menantu Mochtar Riady, namun ia sama sekali tak difasilitasi modal kerja apalagi harta oleh sang mertua. Ia pun menganggap keputusan mertuanya tersebut bukan hal mengejutkan baginya.
Sebabnya, orang tuanya sendiri sedari dulu telah menjadikannya sosok mandiri. Ya, kedua orang tuanya telah mengajarkan banyak hal, tak terkecuali tentang harga diri.
“Kedua orang tua saya telah membuktikan bahwa perubahan nasib mungkin terjadi melalui kegigihan. Saya telah mendapat contoh konkret dari mereka. Dilarang masuk ke bisnis Mochtar Riady tidak berarti kiamat bagi saya,” tukas Tahir.
Tahir pun lantas mengatakan, salah besar jika ada orang yang berasumsi bahwa ia diberi uang banyak oleh mertuanya untuk memulai usaha. Dengan tegas, Tahir bilang bahwa Mochtar Riady tak sepeser pun memberikan uang baik kepadanya maupun ke anaknya sendiri, Rosy Riady.
“Harus saya akui bahwa Pak Mochtar tetap konsisten dengan prinsipnya. Ketika beliau mengatakan akan membiarkan saya berjuang sendiri dalam menjalani hidup dengan Rosy, beliau sama sekali tidak ikut campur,” tutur Tahir.
Tahir pun mengaku bersyukur bahwa sedari kecil ia telah dilatih orang tuanya untuk berdagang dan mandiri. Tahir pun memahami ilmu trading atau berdagang sebagai cara wajar untuk mencari nafkah.
Menurutnya, trading bukanlah ilmu atau strategi bisnis. Namun, yang lebih penting adalah filosofi bahwa kekuatan kita yang sesungguhnya dapat terlihat dalam trading.
“Ada kekuatan tersembunyi yang dapat dikeluarkan ketika kita berjuang dalam trading. Tekad, daya tahan, energi untuk mencapai target, keinginan untuk mendapatkan nafkah yang baik, semuanya berpadu ketika kita dihadapkan pada tantangan dalam melakukan trading,,” jelas Tahir.
Baca Juga: Kisah Dato Sri Tahir soal Mochtar Riady yang Tak Beri Privilege Kepadanya
Filosofi Bisnis yang Dianut Tahir
DIkatakan Tahir, dunia trading atau berdagang tidaklah kaku dan tidak fleksibel. Menurutnya, kita hanya dibatasi oleh gaji yang jumlahnya tetap dan tidak berubah-ubah sesuai keinginan.
Dalam trading juga, lanjut Tahir, kita bisa diberikan kesempatan untuk berusaha semaksimal mungkin agar memperoleh penghasilan yang semakin besar tergantung dari perjuangan kita sendiri.
“Secara filosofis, metode ini merupakan dorongan yang kuat yang memacu setiap sel dalam tubuh kita untuk terus bergerak,” ujar Tahir.
Tahir lantas mengatakan bahwa kehidupan sosialnya dalam berdagang telah terbentuk selama bertahun-tahun. Hal itu karena sedari kecil ia sudah membantu sang ibu berbelanja untuk toko kelontongnya di Surabaya.
“Saya belajar tentang peluang bagus dalam menghasilkan keuntungan cepat saat itu,” ujar Tahir.
Tahir mengisahkan, sang ibu pun pernah bercerita tentang filosofinya dalam berdagang. Menurut sang ibu, berdagang itu ibarat botol kosong. Jika kita mengisinya dengan tipu daya, ketidakjujuran dan kejahatan, maka botol itu akan penuh dengan air keruh.
Begitu pun sebaliknya, lanjut Tahir, jika kita mengisinya dengan kerja keras, kejujuran, dan perbuatan baik, maka botol tersebut akan penuh dengan air jernih.
Baca Juga: Pentingnya Miliki Pola Pikir 'Added Value' Bagi Pengusaha dari Kacamata Dato Sri Tahir
“Mamah bilang, ‘jika kamu ingin memiliki masa depan baik, berbisnislah dengan benar. Raih lah keuntungan, tetapi jauhilah perbuatan jahat’. Itu pesan mamah kepada saya,” papar Tahir.
Lebih lanjut, Tahir mengatakan bahwa ia percaya berdagang dapat membawa seseorang ke tingkat kemakmuran yang tak terduga.
“Siapa pun dapat berdagang, orang tua saya yang dulunya miskin dapat membeli rumah besar dan memperoleh tabungan yang lumayan dari berdagang. Karena itu, saya gak takut sama sekali, apalagi hancur dengan perlakuan keluarga Pak Mochtar terhadap saya,” tegas Tahir.
Tahir pun menuturkan jika kita mau jadi orang yang luar biasa maka harus punya kebiasaan yang di luar kebanyakan orang. Begitu prinsip yang dimilikinya. Ia mengatakan sangat memperlakukan diri sendiri dengan disiplin.
Gak cuma itu, Tahir juga mengatakan, kedua orang tuanya adalah mentor hidupnya. Dalam membangun bisnis, kata Tahir, dirinya pun meyakini prinsip bisnis tidak akan pernah lepas dari visi dan tanggung jawab.
“Saya tidak percaya kalau bisnis adalah hobi yang bertujuan untuk menyenangkan hati. Bisnis adalah tanggung jawab saya terhadap kehidupan, terhadap orang-orang yang saya sayangi, dan terhadap hal-hal yang ingin saya sumbangkan,” ujar Tahir.
“Oleh karena itu, saya pun rela melalui proses yang sulit. Setelah bekerja keras dimotivasi oleh tanggung jawab, saya mulai membidik target yang lebih tinggi yaitu visi. Saya bertujuan untuk menjadi pengusaha visioner,” tandas Tahir.
Baca Juga: Dato Sri Tahir Bahas Perdamaian dan Kerukunan Beragama Bersama Paus Fransiskus di Kedubes Vatikan